Pemudik borong tiwul makanan khas Gunung Kidul

id tiwul

Pemudik borong tiwul makanan khas Gunung Kidul

Makanan tradisional khas Gunung Kidul, tiwul (Foto ANTARA/Mamiek)

Gunung Kidul (Antara) - Pemudik membanjiri pusat oleh-oleh tiwul dan gatot di Jalan Wonosari-Baron Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memborong makanan khas wilayah ini.

Meskipun sudah lama hidup merantau dan sukses meniti karier di berbagai kota, tetapi bagi sebagian besar warga Gunung Kidul tetap tidak bisa melupakan makanan khas berupa tiwul dan gatot. Ketika mereka mudik lebaran, maka dagangan tiwul dan gatot ikut diborong untuk menjadi salah satu oleh-oleh.

Salah satu warung yang khusus menyediakan tiwul dan gatot, pada warung Pak Lambang yang terletak di pinggir jalan besar Wonosari-Baron, tepatnya di Jalan Baron Km 4, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari. Oada lebaran ini dipadati pembeli, terutama para pemudik untuk dibawa ke kota sebagai oleh-oleh.

Warung satu-satunya yang secara khusus menyediakan makanan khas Gunung Kidul ini pada pascalebaran ini setiap harinya dibanjiri pembeli. Dengan harga antara Rp12.000 hingga Rp15.000 untuk gatot maupun tiwul, pembeli sudah mendapat satu besek.

"Kalau lebaran ini setiap harinya laku lebih 300 dus besek. Padahal hari biasa rata-rata hanya 30 besek," kata pemilik toko tiwul Agus Lambang di Gunung Kidul, Selasa.

Meskipun banyak pembeli, tetapi diakui wsarung khusus oleh-oleh ini tidak menaikkan harga. "Harga biasa, tidak naik. Mereka yang datang ke sini umumnya sudah pelanggan lama. Setiap pulang lebaran, mereka mampir untuk oleh-oleh saudaranya atau temannya di kota," katanya.

Baginya untuk membuat tiwul dan gatot yang menjadi dagangannya juga tidak terlalu sulit. "Semua bahan baku dari Gunung Kidul," katanya.

Tiwul atau gatot yang dibuat juga disesuaikan pesanan konsumen, dengan rasa original tepung ketela dicampur gula jawa, rasa Nangka, rasa keju, rasa pandan, rasa kopi, dan coklat. Tiwul atau gatot yang dikemas dalam dus terbuat dari bok sesuai sekera pembeli, asin atau manis, selanjutnya diberi parutan kelapa.

Proses pemasakan yang sempurna dengan kayu bakar, dan tanopa pengawet hanya bisa bertahan satu hari dan jika dimasukkan kedalam kulkas bisa dua hari.

"Sehingga kalau hanya dibawa ke Jakarta atau luar jawa, bisa membawa tiwul dan gatot instan, karena kami tak menggunakan pengawet," katanya.

Agus mengatakan untuk musim lebaran pihaknya menyiapkan lima kuintal untuk seminggu pembuatan tiwul dan gatot. "Paling laku rasa original," katanya.

Sementara salah seorang pembeli asal Solo, Jarot mengaku memilih membeli tiwul dan belalang. "Untuk oleh-oleh dan dimakan sendiri," katanya.

(KR-STR)