Maria menjadi idola dalam Festival Bola Atambua

id festival bola atambua

Maria menjadi idola dalam Festival Bola Atambua

Maria Jelita Min (kiri) menerima "magic ball" dari Bupati Belu Willy Lay karena menjadi salah satu peserta terbaik dan satu-satunya perempuan saat penutupan Festival Bola Perbatasan di lapangan Sekolah Sepak Bola Bintang Timur Atambua Kabupaten Belu,

Esteban Huracio Busto (42) seketika terkesima melihat performa Maria Dewita Min, remaja putri berusia 12 tahun yang terlihat begitu lincah mengocek bola di antara puluhan anak pria dalam Festival Bola Anak Perbatasan di Atambua, Sabtu (1/4).

Maria yang saat ini sedang mengeyam pendidikan kelas VI Maubesi 1, dari Kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) itu tak henti-hentinya berlari ke sana ke mari, mengejar bola menggiring dan mengopernya kepada rekan setimnya.

"Dia hebat, lincah sekali. Lebih lincah dari anak-anak pria seusia dirinya," kata Esteban, eks pemain Persikota Tangerang berkewarganegaraan Argentina saat menjadi "coach" atau pelatih dalam festival tersebut.

Jika dilihat sepintas, Maria hanyalah seorang gadis manis yang sama seperti remaja putri seusianya jika berada di luar lapangan.

Namun saat berada di lapangan, kelincahan dan keterampilannya dalam mengolah si kulit bundar bisa melebihi kemampuan sekitar 300 remaja pria peserta Festival Bola Perbatasan itu.

Festival Bola Perbatasan sendiri digelar atau dimotori oleh Sekolah Sepak Bola (SSB) Bintang Timur Atambua dalam rangka memberikan kesempatan kepada anak-anak perbatasan untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menggiring/mengocek si kulit bundar.

Di samping itu juga festival tersebut bertujuan menjaring pemain-pemain berbakat dari kawasan perbatasan, tidak hanya untuk anak-anak pria namun juga yang perempuan.

Kegiatan tersebut telah berlansung selama tiga hari sejak Kamis (30/3) hingga Sabtu (1/4), berpusat di lapangan SSB Bintang Timur Atambua.

Untuk menggelar kegiatan tersebut, SSB Bintang Timur Atambua memanggil Esteban serta pelatih berkewarganegaraan Belanda berdarah Ambon, Bert Pentury, untuk memberikan latihan bagi anak-anak usia 5-12 tahun.

Maria Dewita Min merupakan satu-satunya peserta perempuan dalam pelaksaan festival tersebut. Walaupun hanya menjadi satu-satunya perempuan, namun ia tidak pernah gentar, gugup ataupun kaku saat merebut dan menggiring bola di lapangan hijau.

Tim pelatih dalam penutupan pelaksanaan festival memanggil empat nama yang lolos untuk tahap selanjutnya guna digembleng secara khusus di SSB Bintang Timur Atambua.

Ketua Panitia Festival Bola Anak Perbatasan, Alfonsus Marianus Kosat mengakui bahwa Maria merupakan peserta perempuan yang mempunyai bakat yang sangat luar biasa, yang harus digembleng terus sehingga bakatnya tidak hilang begitu saja.

"Ia mempunyai 'skill' yang bagus, kita akan berikan kesempatan kepada Maria untuk digembleng lagi sehingga bakatnya bisa lebih keluar," tuturnya.

Tim pelatih di SSB Bintang Timur sendiri menilai bahwa Maria mempunyai "dribble", kontrol, passing, dan selalu bermain bagus. Bahkan menurut mereka, jika dikembangkan terus, Maria bisa masuk dalam Timnas Indonesia untuk kategori wanita.

"Kecepatannya di atas rata-rata pemain seusianya. Untuk postur tubuhnya juga bagus, dan tidak takut dengan anak-anak pria saat bermain bola," tambahnya.

Karena bakatnya yang luar biasa tersebut Maria langsung dihadihi sebuah bola yang disebut dengan "magic ball" oleh Bupati Belu Willy Lai saat penutupan festival.

Tidak terpancar wajah bahagia. Maria justru terlihat tegang saat dipanggil ke depan untuk mendapatkan penghargaan berupa bola tersebut.

    
Mengagumi Christian Ronaldo

Maria hanyalah seorang gadis kecil yang hidup dengan kedua orang tuanya di Maubesi. Dengan kehidupan yang pas-pasan, sepulang sekolah Maria selalu menyempatkan diri untuk membantu orang tua menjaga adik kecilnya.

Remaja berusia 12 tahun ini mengaku pertama kali bermain bola saat berusia lima tahun. Walaupun masih kecil, selain membantu orang tuanya ia tetap menyempatkan diri untuk bermain bola dengan teman-teman seusianya yang adalah laki-laki.

Bahkan menurutnya kesempatan bermain bola dengan waktu yang panjang hanya ada di sekolah saat jam-jam istrirahat siang.

Ia juga justru menjadi yang terdepan untuk mengajak teman-temannya bermain bola bersama dirinya di lapangan.

"Kalau tidak salah saya berumur lima tahun sudah bisa belajar main bola," ujarnya sambil mengunyah permen karet yang diperolehnya entah dari siapa.

Maria juga justru sangat mengangumi Christian Ronaldo, mantan Pemain Manchester United yang saat ini tengah 'berlabuh' di Real Madrid, Spanyol.

Menurutnya pemain seperti Ronaldo adalah pemain sempurna yang bisa segalanya. Selain cepat, melompat tinggi dan berlari kencang membuatnya ingin sekali bertemu dengan pemain terhebat di dunia tersebut.

"Saya ingin seperti dia. Saya juga ingin agar suatu hari nanti bisa bertemu langsung dengan Christian Ronaldo," ujarya dengan harapan yang tinggi.

Dia pun merasa kaget karena terpilih menjadi salah satu pemain terbaik dalam festival tersebut, dan berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar tentang sepak bola di SSB Bintang Timur Atambua.

Dalam kesempatan tersebut, selain mendapatkan magic ball, Mari juga mendapatkan Jersey Bintang Timur serta Sepatu Bola untuk digunakan berlatih.

Guru pendamping Maria, Alo Riberu mengatakan, bakat Maria muncul sebagai pemain bola sudah ada sejak berada di kelas II SD Maubesi.

"Saat itu kami melihatnya bermain, dan dalam setiap kesempatan kami selalu memberikan dia dukungan untuk bermain walaupun harus bergabung dengan anak-anak pria," tuturnya.

Alo Riberu sendiri mengharapkan agar kelak, anak asuhnya yang telah menjadi idola dalam festival sepak bola itu bisa terus mengembangkan diri, menggapai apa yang dicita-citakannya. ***4***(K010)
Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024