DKP matangkan konsep wisata nelayan Pelabuhan Adikarto

id pelabuhan

DKP matangkan konsep wisata nelayan Pelabuhan Adikarto

ilustrasi (Foto Mamiek/ANTARA)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta mematangkan konsep untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kabupaten Kulon Progo sebagai destinasi wisata nelayan.

"Sampai sekarang sudah banyak investor yang mulai tertarik untuk menjadikan objek wisata karena selain sebagai pelabuhan nelayan ternyata memiliki potensi wisata yang tinggi," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY Sigit Sapto Rahardjo di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Sigit, potensi wisata pelabuhan di pesisir Desa Karangwuni, Wates, Kabupaten Kulon Progo itu cukup tinggi karena memiliki kekayaan pemandangan alam bahari dan lokasi strategis karena berdekatan dengan bandara baru Kulon Progo. "Bagi wisatawan yang baru datang ke Yogyakarta dari bandara nanti bisa mampir ke Adikarto sebagai destinasi alternatif," kata dia.

Sigit menggambarkan destinasi wisata nelayan itu menyajikan wawasan kemaritiman mulai dari beragam aktivitas nelayan yang dapat dilihat langsung pengunjung hingga berbagai jenis kuliner olahan ikan hasil tangkapan nelayan.

"Apalagi di sebelah kanan Tanjung Adikarto ada destinasi hutan mangrove di Pasir Mendit, saya ingin nanti bisa berdiri penginapan di kawasan itu hingga dekat pelabuhan," kata dia.

Sesuai konsep yang masih akan dimatangkan, ke depan destinasi wisata nelayan itu akan dikelola pemerintah melalui BUMD atau BUMN bersama swasta. "Tetapi karena tujuannya adalah meningkatkan pendapatan masyarakat yang penting nanti ramai terlebih dahulu setelah itu kami yang mengelola," kata dia.

Namun demikian, karena saat ini pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto belum dimulai, masyarakat dipersilakan memanfaatkan area pelabuhan untuk berbagai kegiatan. "Sekarang kegiatan wisata sudah dilakukan tetapi dikelola sendiri masyarakat setempat," kata dia.

Sigit mengatakan untuk pembangunan fisik Pelabuhan Tanjung Adikarto diproyeksikan dimulai tahun depan karena anggaran pembangunan yang diperkirakan mencapai Rp151 miliar diusulkan menggunakan anggaran 2018. "Untuk lelang kami rencanakan November 2017 sudah dilakukan," kata dia.

Menurut Sigit, desain baru hasil kajian sekitar 26 tenaga ahli merekomendasikan perpanjangan konstruksi pemecah ombak (break water) yang semula untuk sisi sebelah timur terealisasi 220 meter, akan diperpanjang menjadi 390 meter. Sedangkan untuk sebelah barat, yang sebelumnya terealisasi 225 meter akan diperpanjang hingga 350 meter dengan menggunakan bahan "geotube".

"Geotube", kata dia, lebih stabil menahan empasan ombak dibanding menggunakan tetrapod karena konstruksi yang lebih besar dan memanjang mengikuti bentuk permukaan tanah. Proses instlasi dinilai lebih cepat dan murah karena berbahan geotextil yang diisi dengan pasir. "Jika menggunakan `tetrapod` menghabiskan Rp400 miliar, sedangkan dengan `geotube` diperkirakan hanya menghabiskan Rp150 miliar," kata dia.

Menurut dia, anggaran pembangunan lanjutan yang diusulkan oleh tim redesain senilai Rp151 miliyar masih akan dihitung kembali bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) DIY. Adapun, pengembangan bangunan penunjang lain termasuk fasilitas pariwisata yang ada di depan pelabuhan seluruhnya akan diserahkan investor.

"Kami juga sudah mengusulkan apakah bisa menggunakan APBN, APBD, atau Dana Keistimewaan. Yang jelas salah satu dari ketiganya," kata dia
L007