Banyusumurup kampung kerajinan keris peninggalan Majapahit

id keris

Banyusumurup kampung kerajinan keris peninggalan Majapahit

ilustrasi (Foto Antara/Wahyu Putro)

     Desa Banyusumurup, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu desa pewaris kerajinan keris pusaka dari Kerajaan Majapahit.  Desa itu berjarak sekitar 40 menit dari pusat Kota Yogyakarta, terletak di sebelah tenggara makam Raja-raja Mataram di Imogiri.

Memasuki gapura selamat datang di Desa Banyusumurup ini, wisatawan akan langsung disuguhi suasana klasik perdesaan, didukung dengan bangunan rumah adat khas suku Jawa yang dihiasi berbagai kerajinan dan barang antik. Citra Banyusumurup sebagai daerah penghasil keris sudah dikenal sejak tiga abad silam. 
 
      Menurut cerita Sutamo, anak Mbah Djiwo Diharjo, keahlian tempa diturunkan seorang empu yang melarikan diri dan menetap di Banyusumurup saat Majapahit dilanda perang.

Di desa ini terdapat puluhan perajin keris, namun hanya satu tempat yang membuat keris pusaka, yakni Empu keris bernama Mbah Djiwo Diharjo. Namun Mbah Djiwo sudah meninggal dunia pada Januari 2015.

     Kemampuan membuat keris pusaka Mbah Djiwo kini diturunkan kepada anak-anaknya, salah satunya Sutamo yang akrab dipanggil Momo yang kini sukses menekuni dan mengembangkan bisnis kerajinan keris warisan sang maestro dengan showroom yang dinamakan "Jiwo Diharjo".

Menurut cerita pria berumur 36 tahun ini Mbah Djiwo merupakan ikonis Desa Banyusumurup karena kemampuanya diturunkan langsung dari Kerajaan Majapahit. Mbah Djiwo merupakan keturunan ke-19 dari Empu Supondriyo.

Sang Maestro ini berhasil melestarikan warisan Kerajaan Majapahit sehingga Desa Banyusumurup menjadi sentra kerajinan keris yang cukup terkenal di Indonesia hingga mancanegara. 

Di Rumah (alm) Mbah Djiwo terdapat banyak produk kerajinan keris yang dipajang di etalase, dan juga terdapat beberapa piagam penghargaan yang salah satunya diberikan langsung oleh mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono saat Mbah Djiwo diundang ke Istana Merdeka di Jakarta.

Di Banyusumurup bisa disaksikan proses pembuatan keris dan aksesorisnya secara langsung. Bahan utama membuat Warangka adalah lempeng kuningan, tembaga, perak ada juga yang dari emas murni tergantung pesanan.

"Ada dua model pendok yang dibuat di desa ini yaitu gaya Solo dan yang lebih sederhana model Jogja Mataram. Ada juga pendok dengan ukiran-ukiran berbentuk binatang seperti ular ada juga berupa figur manusia," kata Momo

Pembuatan keris di desa ini menggunakan peralatan sederhana, bisa dibilang semimodern karena peralatan traditional yang sudah dievolusikan menjadi semimanual. tetapi masih ada perajin yang menggunakan peralatan traditional murni.

Proses pembuatan keris tidak sesederhana peralatanya karena pembuatanya menggunakan teknik tempa yang rumit. Tingkat kerumitanya terletak pada seni tempa pamor motif pada logamnya. 

Momo Menuturkan untuk pembuatan keris secara keseluruhan dari awal pengukiran tempa hingga penyelesaian tidak semua orang di Desa Banyusumurup bisa mengerjakanya. Untuk tahap awal seperti seni tempa hanya bisa dilakukan yang sudah ahli, salah satunya Mbah Djiwo.

Selama satu minggu biasanya bisa menghasilkan dua keris yang dikerjakan oleh 2 orang. Ada juga yang proses pembuatanya sampai satu bulan biasanya ini pembuatan keris pusaka atau pesanan khusus.

      Perajin di Desa Banyusurup tidak lantas membuat semua bagian keris di satu tempat, melainkan ada yang khusus membuat bagian bagian keris, ada yang membuat wadah keris, pegangan keris dan keris itu sendiri. 

Proses pembuatan keris tentunya tidak sembarangan dikarenakan sudah ada tatanan yang harus dimengerti oleh si pembuat keris itu . "Untuk menempa keris  harus berusia lebih dari 30 tahun dan ketika menempa keris saya berpuasa, jadi tidak sembarang orang bisa asal menempa keris," ujar Momo

Harga keris aksesoris mulai dari Rp150.000, sedangkan harga keris tertingi bisa mencapai Rp70 juta yang merupakan keris pusaka dan bahan bakunya dominan menggunakan emas.
Rumah-Rumah produksi di Banyusumurup biasanya mengirim kerajinan mereka 3-5 kodi per bulan ke hampir seluruh daerah di Pulau Jawa. Kerajinan keris itu juga dikirimkan ke eberapa daerah di Kalimantan dan Sumatera, serta luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan beberapa negara di Eropa.

      Banjir pesanan terjadi saat perayaan adat di Bantul dan Keraton YOgyakarta. 

Kerajinan dari Banyusumurup ini dikenal sampai luar negeri karena banyak wisatawan asig yang berkunjung untuk berwisata dan studi untuk mengenal lebih dekat kerajinan ini.

Momo mengaku  ada peningkatan pesanan sejak desa itu ditetapkan menjadi Desa wisata. "Terkadang banyak turis dari luar daerah yang dibawa travel ke sini karena kami juga bekerja sama dengan travel-travel," ujarnya

Ia mengatakan pemerintah membantu pengembangan kerajinan keris di Desa Banyusurup dengan mengadakan pameran keluar daerah seperti di Jakarta. "Oleh Pemerintah Kabupaten Bantul, kami sering diundang untuk mengadakan pameran keris di beberapa kota seperti Jakarta," ungkap Momo
Perajin keris di desa ini tergabung dalam koperasi yang diketuai oleh Aladin. Koperasi ini bergerak dalam bidang simpan pinjam yang tentunya membantu para perajin mencari modal untuk pengembangan usaha mereka.

Sebagai desa pengrajin keris, para perajin keris mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai bangku perguruan tinggi.

Dzikri/nusarina