Peneliti: empat alasan pengendara tidak gunakan helm

id Peneliti: empat alasan pengendara tidak gunakan helm

Peneliti: empat alasan pengendara tidak gunakan helm

Ilustrasi(Foto ANTARA)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwi Ardianta Kurniawan mengungkapkan empat alasan mengapa pengendara kendaraan bermotor roda dua tidak menggunakan helm saat berkendara.

"Saat ini, dengan mudah dapat dijumpai para pengendara yang tidak mengenakan helm. Hal itu bukan hanya dilakukan para pembonceng atau anak-anak kecil yang biasanya seperti dimaafkan bila melanggar, namun juga para pengendara dewasa yang memegang kemudi," kata dia saat ditemui di Kampus UGM, Kamis.

Bahkan, katanya hal yang lebih memprihatinkan adalah perilaku tersebut juga dilakukan pada jalan-jalan utama bahkan jalan arteri seperti Jalan Lingkar Utara Yogya, yang penuh dengan kendaraan berat.

"Perilaku ini tentu sangat berresiko, karena trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas atau kecacatan dan mortalitas atau kematian, di negara berkembang. Keadaan ini umumnya terjadi pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm yang kurang tepat dan yang tidak memenuhi standar," ungkap Ardianta.

Ia menyebutkan keempat alasan utama tersebut adalah, pertama kurangnya kesadaran mengenai fungsi helm sebagai pelindung keselamatan dalam berkendara. Hal ini dapat dilihat misalnya dengan keengganan menggunakan helm untuk perjalanan jarak dekat.

Tentunya perlu disadari bahwa kejadian kecelakaan dapat terjadi di manapun dan kapanpun, dengan tingkat kefatalan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Apalagi cedera kepala adalah penyebab tingkat fatalitas yang tertinggi dalam kecelakaan, sehingga diperlukan pengaman untuk mengurangi resiko tersebut, katanya.

Kedua, motivasi mengenakan helm sebagai pemenuhan kewajiban belaka, akibatnya banyak pengendara yang menggunakan helm hanya ketika ada petugas atau di jalan-jalan utama, dan kemudian melepasnya setelah dirasa aman dari pantauan.

Menurut dia pemakaian helm dengan demikian juga dipengaruhi oleh konsistensi petugas dalam melakukan penindakan pada pengendara yang melanggar. Ketika ada kelonggaran, maka pengendara juga akan cenderung lalai menerapkan ketentuan tersebut.

"Hal ini sebenarnya mencerminkan pandangan yang naif, karena penggunaan helm adalah untuk keselamatan pengendara sendiri, bukan untuk kepentingan petugas," kata dia.

Ketiga, harga helm standar yang relatif mahal, sehingga mendorong pemilik kendaraan bermotor roda dua untuk permisif dan tidak memiliki serta tidak menggunakan helm standar.

Keempat, mementingkan penampilan sehingga banyak remaja dan pemuda yang tidak ingin penampilannya tertutupi oleh helm standar yang cenderung menutupi wajah.

Dalam era ketika narsisme merajalela ini, aspek penampilan menjadi pertimbangan penting bagi seseorang dalam bertingkah laku, juga ketika berkendara.

"Maka, jangan heran ketika perilaku tanpa helm ini banyak ditemui pada pusat-pusat kegiatan anak muda, yang dengan mudah dapat ditemui anak-anak muda yang berboncengan tanpa helm di kepala, katanya.


(T.KR-RHN)