Disperindagkop: pangkalan elpiji prioritaskan konsumen rumah tangga

id elpiji

Disperindagkop: pangkalan elpiji prioritaskan konsumen rumah tangga

Elpiji 3kg (Foto antaranews.com)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau pangkalan elpiji bersubsidi di daerah ini memprioritaskan pelayanan kepada konsumen rumah tangga.

"Di tengah kondisi gejolak elpiji saat ini saya imbau pangkalan untuk yang ke pengecer dikurangi dan diprioritaskan ke konsumen langsung," kata Kepala Disperindagkop Bantul, Sulistiyanto di Bantul, Kamis.

Menurut dia, imbauan agar pangkalan memprioritaskan ke konsumen langsung dan bukan ke pengecer atau pedagang yang menjual kembali itu agar harga elpiji di tingkat warung pengecer tidak makin melonjak setelah sebelumnya sempat tinggi.

"Misalnya minimal 50 dari jatah tabung yang dipasok ke pangkalan diprioritaskan ke konsumen, baru sisanya ke pengecer. Ini supaya warga tidak membeli di pengecer, dengan begitu otomatis harga di pengecer bisa ditekan," katanya.

Ia mengatakan, sebab diakui dalam beberapa hari terakhir harga gas `melon` di pengecer rata-rata di atas Rp22 ribu per tabung, padahal dalam kondisi normal maksimal Rp20 ribu atau berkisar Rp19 ribu per tabung.

Sulistiyanto mengatakan, selama beberapa hari terakhir juga telah dilaksanakan operasi pasar (OP) elpiji oleh Pertamina bekerja sama dengan Disperindagkop Bantul di kantor-kantor kecamatan setempat dengan menyediakan 560 tabung per kecamatan.

"OP ini bertujuan untuk menambah pasokan dari kondisi biasa, kemudian menekan harga karena OP ini menjual elpiji sesuai HET (harga eceran tertinggi) Rp15.500 per tabung. Intinya agar ada gelontoran elpiji ke masyarakat sebanyak-banyaknya," katanya.

Sementara itu, menurut dia, adanya kekurangan elpiji di wilayah Bantul hingga harga melonjak dan digelar OP tersebut disebabkan beberapa faktor, yang di antaranya faktor psikologis masyarakat yang khawatir kekurangan, maka di awal mereka melakukan aksi borong.

"Fenomena lonjakan permintaan yang tidak bisa dipenuhi masyarakat itu, karena konsumen yang biasanya beli satu, namun bagi mereka yang punya tabung lebih, ambil dua atau tiga, ini karena faktor psikilogis konsumen," katanya.
KR-HRI
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024