UP: siswa awal penting kuasai kemampuan membaca

id pendidikan

UP: siswa awal penting kuasai kemampuan membaca

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Yogyakarta (Antara) - Siswa kelas awal penting menguasai kemampuan membaca sebagai dasar untuk belajar selanjutnya, kata Wakil Direktur Program USAID Prioritas Feiny Sentosa.

"Kemampuan membaca perlu diajarkan dan dilatihkan karena tidak berkembang secara alamiah. Banyak siswa lancar membaca tetapi kurang paham makna," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Pada penutupan Pelatihan Asesor EGRA, ia mengatakan program USAID Prioritas (UP) melakukan penilaian kemampuan membaca kelas awal (Early Grade Reading Assesment/EGRA) terhadap 15.941 siswa kelas 3 SD yang disampel di tujuh provinsi dampingan di Indonesia pada 2012-2015.

Tujuh provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Hasil dari penilaian tersebut, menurut dia, menunjukkan bahwa banyak anak yang disampel oleh program UP lancar membaca tetapi kurang memahami makna teks yang dibaca.

"EGRA merupakan salah satu instrumen untuk menilai kemampuan membaca siswa di kelas awal. Tujuan utamanya adalah mendapatkan data untuk memonitor perkembangan membaca siswa dan menyusun program tindak lanjut untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa," katanya.

Ia mengatakan EGRA dilakukan pada 5 subtugas yakni mengenal nama huruf, membaca kata-kata yang bermakna, membaca kata-kata yang tidak bermakna, membaca teks (kelancaran) dan menjawab pertanyaan tentang teks (pemahaman), dan pemahaman menyimak.

Salah satu hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata anak yang disampel oleh program UP membaca dengan benar 72 kata per menit.

Hal itu menunjukkan kemampuan membaca (atau melafalkan) kata melebihi capaian standar 60 kata per menit yang dipublikasikan oleh Abadzi pada 2010 dalam "reading fluency measurement in EFA FTI Partner Countries".

"Ada temuan menarik dari EGRA yang dilakukan yakni banyak siswa lancar membaca tetapi dalam hal membaca pemahaman masih perlu ditingkatkan. Simpulan itu berdasarkan hasil penelitian bahwa pemahaman membaca siswa yang disampel oleh program UP masih di bawah 80 persen," katanya.

Menurut dia, pada 2016, UP kembali melatih 92 orang calon asesor EGRA. Calon asesor tersebut dilatih selama 4 hari (10-13/10) untuk memahami dan menguasai instrumen penilaian dalam program Tangerine pada sebuah tablet.

Peserta berasal dari guru, mahasiswa, dan dosen dari 7 provinsi mitra UP. Para asesor dibekali dengan keterampilan untuk pelaksanakan penilaian sesuai dengan prosedur yang konsisten sehingga menghasilkan penilaian yang valid dan andal.

"Asesor yang telah terlatih akan berinteraksi satu per satu dengan anak secara verbal selama 12 menit per asesmen. Kebanyakan subtugas berlangsung 1 menit, dan berpusat pada anak yakni setiap subtugas dimulai jika anak siap," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024