Yogyakarta (Antara Jogja) - Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan setiap momentum untuk terus berbenah terutama mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan siap bekerja.
"Dalam memulai pembenahan diperlukan kreativitas dengan suatu metode yang mampu menjawab dan menjembatani segala potensi angkatan kerja yang ada," kata penulis buku "Jembatan Emas Angkatan Kerja Indonesia Menyambut Bonus Demografi" Fransiscus Go.
Pada bedah buku karyanya dalam rangka menyambut Dies Natalis Ke-51 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Fransiscus mengatakan metode itu berupa pembangunan data base dalam kerangka "man power planning" nasional secara terintegrasi.
"Dengan data yang akurat dan konsisten memanfaatkan teknologi informasi spesial, kita dapat memulai pekerjaan besar ini untuk Indonesia yang berjaya dalam kemandirian tenaga kerja menghadapi bonus demografi," katanya.
Menurut Fransiscus, wajah ketenagakerjaan Indonesia sungguh sangat rumit seperti yang telah dikemukakan dalam buku sebelumnya "Mengakhiri Era Tenaga Kerja Murah", yang ditandai dengan berbagai
kondisi.
Berbagai kondisi itu antara lain tingkat pengangguran (terbuka) yang meningkat dari tahun ke tahun, fenomena upah murah dan demonstrasi yang berulang setiap tahun terkait UMP, potensi dan persaingan dari tenaga kerja luar setelah diberlakukan MEA.
Selain itu, kompetensi pekerja yang rendah yang ditandai dengan pendidikan yang rendah, keterampian dasar rendah, perilau yang belum sepenuhnya profesional, dan rangkaian kebijakan eksperimental
pemerintah dalam mengatasi hal ini yang masih belum kompak secara
sektoral.
"Kondisi ini harus disikapi secara positif, dan tetap optimistis.'The show must go on', kita tidak boleh terperangkap dalam kondisi ini," kata Fransiscus.
Ia mengatakan bonus demografi dapat menjadi berkat sekaligus bumerang. Bonus demografi menjadi berkat ketika menghasilkan kesejahteraan yang jauh lebih baik dengan angkatan kerja yang produtif atau tidak menganggur.
"Namun, keadaan angkatan kerja ini dapat menjadi masalah serius ketika lapangan kerja tidak cukup memadai untuk menampung angkatan kerja. Bonus demografi ini pun dapat menjadi beban baru bagi Indonesia," katanya.
(B015)
Berita Lainnya
Kurikulum Merdeka diharapkan hadirkan pendidikan terbaik di Indonesia
Jumat, 19 April 2024 17:59 Wib
MK RI diharapkan beri keputusan sengketa Pemilu 2024 yang damaikan
Jumat, 19 April 2024 17:56 Wib
KPU RI: Aspek kultural-sosiologis daerah diharapkan muncul pada Pilkada 2024
Senin, 1 April 2024 12:39 Wib
Insentif pajak diharapkan hadirkan banyak pilihan kendaraan listrik di Indonesia
Rabu, 20 Maret 2024 4:38 Wib
RUU Kepariwisataan diharapkan mampu lindungi ekologi
Kamis, 14 Maret 2024 6:40 Wib
Wapres RI: Pergantian kepemimpinan diharapkan berjalan baik
Jumat, 8 Maret 2024 6:14 Wib
Putusan ambang batas parlemen diharapkan bisa wakili suara rakyat, pinta peneliti
Senin, 4 Maret 2024 5:41 Wib
De Bruyne, pemain City, diharapkan tak pindah ke Arab Saudi
Rabu, 28 Februari 2024 20:33 Wib