Pengamat: pengangguran DIY sedikit produktivitas pekerja rendah

id pengangguran

Pengamat: pengangguran DIY sedikit produktivitas pekerja rendah

Ilustrasi para pencari kerja (Foto ceritabayu.blogspot.com) (ceritabayu.blogspot.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Pengamat Pembangunan Nasional dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Syahrial Loetan menilai pekerja dari Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami hal fenomenal, karena meski angka penganggurannya sedikit, namun tingkat produktivitas pekerjanya masuk kategori rendah.

"Terjadi hal fenomenal di DIY, meski jumlah penganggurannya sedikit namun tingkat produktivitas pekerjanya juga rendah," ujar dia saat dihubungi dari Yogyakarta, Minggu.

Ia mengatakan, secara teori seharusnya garis antara tingkat pengangguran dan tingkat produktivitas pekerja berbanding terbalik.

Artinya, semakin rendah pengangguran di suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat produktivitas pekerjanya.

Berdasarkan teori, kata dia, produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu ukuran tercapainya tujuan ekonomi, dan produktivitas ini sangat erat kaitannya dengan konsep ekonomis.

"Tentunya setiap pekerja di seluruh Indonesia cukup memahami bahwa produktivitas kerja sangat terkait dengan konsep ekonomis. Artinya, semakin mereka produktif bekerja maka semakin mereka berpeluang mendapatkan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Jadi data pengangguran dan produktivitas pekerja DIY ini bagi saya cukup fenemonal," tegas Syahrial yang juga mantan Sekretaris Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) era Presiden SBY.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyimpulkan, bahwa produktivitas kerja menjadi ukuran suatu usaha untuk menghasilkan barang atau jasa.

Sedangkan tenaga kerja yang menjadi salah satu input dalam proses produksi merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas.

Data BPS juga mencatat, produktivitas pekerja di DIY menurut provinsi pada tahun 2014 sebesar 47,77 persen atau menempati posisi ketiga terendah untuk tingkat nasional. Sedangkan posisi terendah pertama dan kedua ditempati oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 31,55 persen dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 39,28 persen.

Sementara itu, provinsi yang memiliki pekerja dengan tingkat produktivitas tertinggi pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 380,07 persen, Provinsi Kalimantan Timur 309,95 persen, dan Provinsi Riau 269,88 persen.

Meski cukup rendah, pertumbuhan produktivitas pekerja di DIY mencatat kenaikan setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2014. Secara berturut-turut, angka produktivitas pekerja DIY sebesar 38,79 persen (tahun 2011), lalu 40,53 persen (2012), dan sebesar 45,03 persen (2013).

Senada dengan itu, mantan Kepala BPS Suryamin mengatakan, produktivitas tenaga kerja merupakan momok yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas dan dibuat kebijakan oleh pemerintah. Disisi lain, produktivitas dan daya saing menjadi prioritas utama pemerintahan Jokowi-JK.

Menurut Suryamin, peningkatan produktivitas diharapkan mampu mengembangkan situasi ekonomi, peningkatan daya saing, dan tingkat kesejahteraan pekerja di Indonesia.

"Selain tercantum di Nawacita agenda keenam, peningkatan produktivitas tenaga kerja ini juga terdapat dalam kebijakan pemerintah lainnya. Strategi percepatan peningkatan produktivitas kerja tersebut diupayakan melalui penguatan kurikulum lembaga pendidikan," terang dia.

(KR-RHN)