Masyarakat berharap bekas tambang jadi objek wisata

id gua mangaan

Masyarakat berharap bekas tambang jadi objek wisata

Kabupaten Kulon Progo (Foto Istimewa)

Kulon Progo, (Antara Jogja) - Masyarakat Dusun Ngruno, Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan bekas tambang mangaan di wilayah ini menjadi destinasi wisata baru.

Tokoh masyarakat Desa Karangsari Heri Widada di Kulon Progo, Sabtu, mengharapkan bekas tambang dapat dikembangkan menjadi objek wisata seperti Lobang Jepang di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

"Peluang ini harus ditangkap karena ini hampir sama sebenarnya seperti objek wisata Lobang Jepang di Kota Bukit Tinggi, sama-sama dibuat manusia bukan oleh alam," kata Heri.

Ia mengatakan lokasi bekas tambang juga hanya berjarak 2 kilometer dari Kota Wates, mudah dijangkau, dan tidak menutup kemungkinan ke depan dapat dijadikan paket wisata bersama Waduk Sermo dan Kalibiru, yang ketiganya mempunyai ciri tersendiri.

"Kalau dikembangkan menjadi objek wisata, maka akan menggerakan ekonomi masyarakat di sekitar gua," kata dia.

Warga Desa Karangsari lain Warsono mengatakan penemuan gua berawal saat masyarakat melakukan kerja bhakti menemukan lubang yang berbentuk gua. Lokasi lubang yang berada di pekarangan milik Kusnun ini sangat strategis dan mudah dijangkau baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Lokasinya hanya tiga meter dari jalan yang baru saja diaspal oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.

Selain itu juga berhimpitan dengan jalan corblock kampung yang hanya bisa dilewati sepeda roda dua, dan gardu ronda serta rumah pemilik tanah.

Gua yang baru saja membuat geger masyarakat ini sebenarnya bagi warga masyarakat desa Karangsari terutama di Dusun Ngruno dan pedukuhan yang terdekat seperti Gunungpentul, Ringin Ardi, sudah tidak menjadi hal yang mengagetkan. Berdasarkan cerita orang tua mereka, pada jaman penjajahan Belanda wilayah tersebut menjadi tambang Mangaan. Bahkan orang tuanya dulu ikut menjadi pekerja untuk mengali lubang-lubang yang terdapat batu Mangaan ini.

Menurut cerita orang tua dahulu di wilayah ini banyak sekali lorong-lorong seperti ini, yang di gali pada saat jaman Belanda.

"Lorong yang seperti goa ini dulunya adalah mangaan yang warnanya hitam, jadi mangaan itu di sini bukan gundukan yang besar tapi hanya seperti urat besar memanjang yang ada di antara bebatuan yang putih ini. Jadi sangat dimungkinkan ini ada beberapa lorong bercabang di dalam sana, yang mungkin bisa tembus di lokasi yang lain," kata dia.

Sementara untuk keselamatan dan keamanan, setelah sebelumnya juga dilakukan penelitian dan penelusuruan sebagian kecil lorong goa oleh Tim Geoheritage UPN Yogyakarta dan Dinas Kebudayan Kabupaten Kulon Progo, serta Polda DIY, warga tidak diperkenankan masuk Gua. Bahkan saat ini juga telah terpasang garis polisi di sekitar lokasi serta papan peringatan, dan ditutup seng.***1***

(KR-STR)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024