Industri tahu Kulon Progo gunakan kedelai impor

id tahu

Industri tahu Kulon Progo gunakan kedelai impor

Perajin tahu (Fotoantara/dok)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Perajin industri tahu di Desa Tuksono, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggunakan kedelai impor karena ketersediaan kedelai lokal tidak mencukupi kebutuhan produksi mereka.

Ketua Perajin Tahu Murni Tuksono Ponimin di Kulon Progo, Rabu, mengatakan jumlah perajin tahu di Tuksono ada 108 orang dengan rata-rata kebutuhan kedelai 1,5 ton per hari.

"Setiap perajin tahu membutuhkan kedelai antara satu kuintal hingga dua kuintal atau sekitar 1,5 ton per hari. Ketersediaan kedelai lokal tidak mampu mencukupi kebutuhan perajin tahu dalam waktu satu tahun," kata Ponimin.

Ia mengatakan tahu berbahan kedelai lokal memiliki kelebihan yakni lebih kenyal dan tahan lama, dibandingkan kedelai impor. Meski demikian, perajin tahu lebih memilih kedelai impor karena ketersediaannya lebih banyak dan mudah didapat.

"Perajin tahu di Desa Tuksono sudah bekerjasama dengan penjual kedelai, sehingga sewaktu-waktu perajin kehabisan, langsung dikirim. Selain itu, perajin tahu tidak harus langsung membayar kedelai yang telah disetor," katanya.

Ia mengatakan sampai saat ini, ada sekitar 30 jenis makanan berbahan dasar tahu mulai dari tahu putih, kripik tahu hingga brownis tahu. Nantinya ketika mega proyek di Kulon Progo seperti bandara baru dan kawasan industri telah selesai dibangun, diharapkan mampu mendongkrak penjualan dan angka produksi tahu di Tuksono.

"Kami pengrajin tahu di Tuksono sekarang ini siap siap meningkatkan kualitas serta aneka macam jenis tahu. Kami ingin adanya bandara juga semakin banyak tahu yang terjual," katanya.

Ponimin mengatakan keberadaan sentra tahu di Desa Tuksono, khususnya di Pedukuhan Kaliwiru dan Wonobroto mampu mendongkrak perekonomian masyarakat dan mengurangi pengangguran.

Jumlah tenaga kerja yang terserap dengan adanya industri tahu sekitar 500 orang dengan rata-rata upah berkisar Rp70 ribu per hari setiap orangnya.

"Sejak tahun 1970-an, industri tahu di Desa Tuksono berkembang pesat. Hampir setiap rumah di Dusun Kaliwiru dan Wonobroto, masyarakat memproduksi tahu. Hal ini dikarenakan masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan mereka," kata dia.

Kepala Desa Tuksono Panut Hadi Santoso mengatakan pengrajin tahu merupakan mata pencarian pokok warga Wonobroto dan Kaliwiru. "Sejak dulu menjadi perajin tahu dan penjual tahu adalah mata pencaharian pokok warga Tuksono," kata Panut.

Sebagai salah satu bentuk pendampingan dari desa kepada perajin tahu, pemerintah desa selalu menyiapkan anggaran BUMDes atau pinjaman kepada pengrajin tahu untuk mengembangkan usaha.

"Kami mendukung industri tahu di Desa Tuksono karena mampu menggerakan perekonomian masyarakat," katanya.


KR-STR