Dishub Bantul akan bangun empat halte bus

id halte bus

Dishub Bantul akan bangun empat halte bus

Halte Trans Jogja (Foto Antara/Azhar Qodrat/ags/15)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta akan membangun empat halte bus di daerah ini pada tahun anggaran 2016 untuk memfasilitasi penumpang ketika menunggu angkutan umum itu.

"Kami sudah rencanakan membangun tempat pemberhentian bus, ini untuk memfasilitasi penumpang agar saat menunggu angkutan umum bisa berteduh dan tidak kepanasan," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bantul Suwito di Bantul, Minggu.

Menurut dia, empat titik halte baru itu dibangun di depan Pasar Niten Jalan Bantul, Jalan Samas utara Balai Desa Srigading dan daerah Desa Sabdodadi serta Jalan Parangtritis tepatnya di sebelah selatan sempalan (pertigaan) Pundong.

Selain empat halte itu, kata dia, ada satu halte yang akan digeser lokasinya di utara simpang empat Klodran, karena tempat pemberhentian bus yang lama lokasinya terlalu mepet dengan rumah penduduk sekitar.

"Penentuan pembanguann titik halte itu berdasarkan survei, misalnya di daerah itu cukup banyak penumpang angkutan umumnya, selama ini penumpang angkutan umum di Bantul dari pelajar dan pedagang pasar," katanya.

Menurut dia, pembangunan halte bus di beberapa lokasi tersebut diinisiasi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bantul dan hingga saat ini tinggal merealisasikannya, setidaknya Pemkab Bantul menganggarkan sekitar Rp100 juta untuk membangun sarana tersebut.

"Kebutuhan biaya pembangunan tiap halte tidak sama tergantung spesifikasinya, ada yang Rp20 juta namun ada yang sampai Rp25 juta. Totalnya sekitar Rp100 juta, dari rencana itu satu halte di depan Pasar Niten sudah terbangun," katanya.

Menurut dia, selama ini penumpang angkutan umum di Bantul berpencar dalam menungu angkutan umum, sehingga keberadaan halte baru itu diharapkan memberikan tempat layak bagi penumpang angkutan umum.

Meski demikian, kata dia, keberadaan halte itu bukan jaminan angkutan umum tidak menurunkan atau menaikkan penumpang secara sembarangan, sebab pihaknya menilai itu berkaitan dengan perilaku ketertiban berlalu lintas.

"Ini ada kaitannya dengan budaya masyarakat. Beda dengan bus Transjogja yang memang harus menaikan dan menurukan penumpang di halte. Namun mininal dengan halte itu angkutan umum lebih tertib," katanya.

(KR-HRI)