SMP Nglipar ditetapkan sebagai sekolah siaga bencana

id SMP Nglipar ditetapkan sebagai sekolah siaga bencana

SMP Nglipar ditetapkan sebagai sekolah siaga bencana

Pelajar SMP (FOTO ANTARA/Nur Kartika/ags/13.)

Gunung Kidul (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Nglipar menjadi sekolah siaga bencana.

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Heri Siswanto di Gunung Kidul, Rabu mengatakan berdasarkan kajian dari risiko bencana ada 301 desa rawan bencana di DIY, dari jumlah desa tersebut terdapat 2.906 sekolah yang masuk di kawasan rawan bencana.

"Pembentukan sekolah siaga bencsna (SSB) dimaksudkan agar warga sekolah lebih siap menghadapi bencana," kata Heri.

Peresmian SMPN 3 Nglipar menjadi SSB diawali dengan gladi penanganan bencana banjir, dilanjutkan penandatangan prasasti dan pembukaan selubung papan nama oleh Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi.

Ia mengatakan desa yang sudah dibentuk desa tangguh bencana maupun sekolah siaga bencana, dapat meningkatkan kapasitas dengan menyusun dokumen kelembagaan dan perencanaan serta menerapkan penyusunan kurikulum mitigasi bencana di sekolah.

"Dengan hal ini, siswa dapat memahami masalah bencana alam dan mandiri untuk menyelamatkan diri jika terjadi bencana," katanya.

Diakui Heri Siswanto, dari 301 desa rawan bencana di DIY, Kabupaten Gunung Kidul memiliki potensi bencana terbesar yang terbesar di 124 desa dan lebih dari 1.000 sekolah berdiri di kawasan rawan bencana.

"Dengan berbagai bekal yang diperoleh melalui pelatihan gladi lapangan, diharapkan dapat membantu sekolah termasuk siswa melakukan kesiapsiagaan dan bertindak yang benar jika bencana itu benar-benar terjadi," kata dia.

Sementara itu, Immawan Wahyudi mengakui dalam penanggulangan bencana tidak hanya tugas pemerintah, namun juga harus mendapat dukungan masyarakat dan dunia usaha.

"Sehingga sekolah termasuk guru dan siswa menjadi bagian yang penting dalam hal kesiapsiagaan bencana. SMPN 3 Nglipar yang secara resmi menjadi SSB, harus mampu mengatasi jika terjadi bencana banjir yang setiap tahun melanda kawasan sekolah ini akibat luapan Sungai Oya," harapnya.

Dalam gladi lapang penanggulangan bencana banjir yang melibatkan ratusan siswa dan puluhan guru serta warga sekitar diasumsikan sekolah ini menjadi korban banjir. Tindakan cepat dilakukan sekolah dengan melakukan evakuasi siswa dan berbagai fasilitas sekolah termasuk surat-surat penting. Tenda pengungsian didirikan, diikuti dapur umum dan tenda kesehatan.

Pada gladi ini tercatat ada 20 siswa yang hilang. Namun setelah dilakukan pencarian, berhasil ditemukan dengan kondisi luka berat dan luka ringan akibat terjatuh sewaktu melarikan diri dan terseret arus air. Para korban segera mendapat penanganan medis dan dibawa ke puskesmas terdekat dan rumah sakit di Wonosari. Meski hanya simulasi, namun karena dilakukan penuh kesungguhan, seakan bencana itu benar-benar terjadi. ***4***



(U.KR-STR)