Candi Miri tawarkan pemandangan matahari terbenam

id sunset

Candi Miri tawarkan pemandangan matahari terbenam

ilustrasi (en.wikipedia.org)

Sleman (Antara Jogja) - Objek wisata Candi Miri di perbukitan Prambanan, Desa Sambirejo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menawarkan keindahan alam sekitarnya dan suasana matahari terbenam kepada para pengunjung.

"Memang Candi Miri masih kalah pamor dengan candi-candi yang lebih megah lainnya, karena candi tersebut kondisinya memang masih belum utuh dan letaknya yang jauh dari permukiman penduduk. Berada di tengah hutan, dan sedikit sulit medan yang harus ditempuh karena di atas bukit," kata Ketua Desa Wisata Bokoharjo, Prambanan, Sadi, di Sleman, Selasa.

Menurut dia, jika ingin mencoba berkunjung ke candi yang berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, tersebut, wisatawan akan merasakan sensasi tersendiri.

"Selain suasana yang sejuk dan sepi, pamandangan alamnya juga cukup memberikan kesan. Di dekat Candi Miri, jalan ke timur sedikit, ada tebing batu tlasar. Itu tapal batas DIY dengan Jawa Tengah. Digunakan untuk melihat sunset dan sunrise," katanya.

Ia mengatakan, pengunjung yang ke tebing ini bisa menikmati dua sisi pemandangan alam sekaligus. Ketika melihat ke barat, dimanjakan dengan pemandangan Yogyakarta dengan latar belakang Gunung Merapi.

"Ketika menghadap ke timur, bisa melihat Jawa Tengah," katanya.

Pria yang merangkap sebagai juru pelihara (jupel) Candi Miri, dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta ini juga berpendapat, lokasi tersebut dijuluki "Kuta-nya Yogyakarta".

"Belum lama saya mengantarkan tamu dari Bali. Dan memang diberikan julukan Kuta-nya Yogyakarta, meski tak melihat laut. Tapi hamparan sawah, gunung, dan langit," katanya.

Ia mengatakan, Candi Miri ini juga masih memendam misteri. Belum terlalu banyak penelitian yang dilakukan.

"Hanya tinggal puing-puing saja di sana, ada tiga yoni, umpak-umpak, dan enam dorpel," katanya.

Candi tersebut, kata dia, baru ditemukan sekitar 1973 oleh Radiman yang merupakan pemilik tanah tersebut. Awalnya, di daerah itu juga ditemukan sekitar 15 patung.

Menurut dia, banyak yang dijual oleh warga setempat karena belum terlalu mengetahui seberapa penting bangunan cagar budaya. Namun, juga ada yang tersisa dan saat ini masih disimpan di kantor BPCB Yogyakarta.

"Dulu ditemukan prasasti pereng, menceritakan bangau putih. Yang merupakan simbol dari (Dewa) Brahmana. Namun, untuk tujuan apa candi tersebut dibangun masih belum diketahui. Berbeda dengan Candi Barong misalnya. Di Candi Barong untuk pemujaan Dewi Sri," katanya.

Salah satu warga setempat Bibit, (36) mengatakan memang saat ini sudah ada yang mengenal situs tersebut.

"Tidak mesti ada wisatawan. Biasanya orang-orang yang mau camping," katanya.

V001
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024