Dinkes DIY : masyarakat jangan panik virus Zika

id virus zika

Dinkes DIY : masyarakat jangan panik virus Zika

Ilustrasi memantau jentik nyamuk (Foto antarafoto.com)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta meminta masyarakat tidak panik terhadap pemberitaan mengenai virus zika meski tetap melakukan upaya kewaspadaan.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinkes DIY Daryanto Chadorie di Yogyakarta, Kamis, mengatakan, Dinkes DIY telah menggelar pembahasan khusus mengenai virus zika dengan seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota pada Rabu (3/2).

Hasil koordinasi itu, kata dia, merekomendasikan agar tetap melakukan pencegahan virus zika, dengan cara yang sama dengan pencegahan demam berdarah dengue (DBD).

"Pencegahannya sama persis dengan DBD," kata dia.

Dia mengatakan, gejala klinis virus zika merupakan perpaduan antara DBD dan chikungunya. Bagi pasien yang terjangkit virus itu akan mengalami demam tinggi, mual, kepala pening, mata kemerahan, serta nyeri sendi.

Menurut dia, efek dari virus itu masih lebih ringan jika dibandingkan DBD yang justru mematikan bagi penderitanya.

Adapun isu mengenai korelasi efek virus itu terhadap ibu hamil dengan kelahiran bayi menderita microcephaly atau penyusutan otak, menurut dia, hingga kini masih sebatas dugaan.

"Hingga sekarang belum ada hasil penelitian yang resmi dan valid mengenai korelasi virus zika dengan microcephaly," kata dia.

Sementara itu, guna mencegah kemungkinan virus itu terbawa oleh para wisatawan mancanegara, Dinkes DIY telah berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas IV Yogyakarta agar mengarantina wisatawan mancanegara yang terdeteksi positif virus zika.

"Karena bisa ditularkan melalui nyamuk yang kemungkinan menyedot darah orang yang positif terjangkit virus zika," kata dia.

Dia meminta masyarakat selain waspada juga melakukan sejumlah langkah pencegahan dengan cara yang sama dalam mencegah DBD.

Di antaranya dengan meingkatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta menjalankan prinsip 3 M (menguras, menutup, dan menimbun). Disamping itu juga melakukan ikanisasi atau memberikan ikan pada bak berisi air.

"Upaya pencegahan itu perlu dilakukan, apalagi potensi persebaran nyamuk demam berdarah dengue (DBD) masih dimungkinkan meningkat hingga Maret 2016," kata dia.

Daryanto menyebutkan selama 2015 jumlah kasus DBD di DIY mencapai 3.420 kasus, dengan 35 orang meninggal dunia.

Kabupaten dengan kasus DBD terbanyak di Kabupaten Bantul mencapai 1.390 kasus dengan 12 orang meninggal dunia, disusul Kota Yogyakarta 939 kasus dengan 11 meninggal, Kabupaten Sleman 514 kasus 8 meinggal, Gunung Kidul 459, meninggal 4, dan Kulon Progo 119 kasus, tidak ada yang meninggal.

Selama Januari 2016 terjadi 44 kasus DBD di Kota Yogyakarta, 103 kasus di Bantul, 27 kasus di Gunung Kidul, 29 kasus di Sleman, dan 10 kasus di Kulonprogo dengan 1 orang meninggal dunia.

"Mengehadapi hal itu kami juga berupaya meningkatkan kemampuan puskesmas melakukan deteksi dini DBD dengan rapid diagnostic test (RDT)," kata dia. ***4***

(L007)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024