Pembangunan Bandara Kulon Progo ciptakan lapangan pekerjaan

id Pembangunan Bandara Kulon Progo ciptakan lapangan pekerjaan

Pembangunan Bandara Kulon Progo ciptakan lapangan pekerjaan

ilustrasi (Foto Antaranews)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Rencana pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan mendongkrak pertumbuhan perekonomian, perkembangan wisata, dan menciptakan lapangan kerja.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Jumat, mengatakan bahwa Tahun Baru 2016 dengan harapan baru yakni akan terwujudnya bandara New Yogyakarta AirPort.

"New Yogyakarta AirPort sebagai awal lahirnya Kulon Progo baru dan mudah-mudah Kota Wates akan menjadi kota barunya Yogyakarta," kata Hasto.

Ia mengatakan bahwa bandara baru akan membuka akses seluas-luasnya untuk semua bidang. Bandara baru akan menyerapan puluhan ribu tenaga kerja, baik yang bekerja di bandara, sektor jasa, pariwisata, dan yang berkar di rumah-rumah makan.

"Bandara baru akan menggerakan roda perekonomian masyarakat dari hal-hal terkecil hingga yang besar. Untuk itu, pemkab kerja sama dengan PT Angkasa Pura I telah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) terampil yang dibutuhkan dengan adanya bandara. Kami tidak ingin, masyarakat Kulon Progo hanya menjadi penonton, kami mengharapkan masyarakat menjadi pelaku utama," kata Hasto.

Selain itu, kata dia, bandara baru akan menjadi pintu gerbang utama bagi DIY yang akan mendorong industri dan pariwisata.

"Hal ini dapat terwujud dengan kerja semua pihak dan kesadaran bersama untuk perubahan untuk maju," katanya.

Ia mengatakan bahwa tahapan pembangunan bandara ini sudah relatif cukup jauh. Pembangunan bandara dimulai dari studi kelayakan (FS) di empat kabupaten di DIY, yakni Sleman, Bantun, Gunung Kidul dan Kulon Progo, yang kemudian diputuskan di Kecamatan Temon, Kulon Progo.

Setelah itu, keluar persetujuan Menteri Perhubungan pada tahun 2013, yang dilanjutkan tahapan konsultasi publik, sosialisasi, hingga kajian tim keberatan sudah dilakukan dan hasilnya di atas 95 persen setuju dari konsultasi publik dan sosialisasi sehingga diterbitkan IPL Gubernur.

"Setelah IPL terbit, tanah dalam IPL peruntukannya untuk bandara," kata Hasto.

Saat ini, lanjut Hasto, memasuki persiapan akuisisi lahan, kemudian diambil alih, dibeli oleh pemrakarsa PT Angkasa Pura I. Sebelum dibeli akan dilakukan kajian oleh Tim Apraisal Independent, yakni pihak yang netral. Sebelum ditentukan oleh pihak yang netral, diukur dahulu.

Menurut Hasto, hal yang mendesak dalam seluruh tahapan pembangunan bandara adalah sistem pengamanan dari aparat kepolisian yang harus ditingkatkan. Pada saat pembebasan dan ganti untung lahan bandara, keamanan harus ditingkatkan.

Pengamanan petugas yang melakukan pengukuran dan inventarisasi lahan menjadi pengamalan.
"Pengukuran penting untuk tentukan harga. Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 24 November 2015 hingga 7 Januari 2016. Setelah itu, pada bulan April--Mei mulai pembayaran, dilanjutkan pembangunan bandara," katanya.

Meski demikian, Hasto mengakui tahapan pembangunan bandara tidak berjalan mulus karena masih ada warga yang belum setuju dengan pembangunan bandara. Mereka tergabung dalam Wahana Tri Tunggal. Pemkab berupaya melakukan pendekatan persuasif kepada WTT supaya merelakan tanahnya untuk bandara.

"Kami mengedepankan pendekatan persuasif kepada warga yang belum setuju. Kami juga merangkul semua pihak untuk terlaksananya bandara di Kulon Progo," katanya.

Selain itu, menurut dia, hal yang terpenting dalam tahapan selanjutnya adalah pola pengamanan dari kepolisian. Pada saat pengukuran dan identifikasi lahan, petugas mengeluhkan sistem pengamanan yang lemah sehingga mengganggu petugas dalam menjalankan tugasnya.

Kapolres Kulon Progo AKBP Yuliyanto mengatakan bahwa pihaknya akan mengevaluasi sistem pengamanan yang dilaksanakan pada tahapan pembangunan bandara.

"Kami akan mengevaluasi kekurangan atau kelemahan pengamanan selama penahapan pembangunan bandara," katanya.

Lapangan Pekerjaan

Pimpinan Proyek Bandara Kulon Progo dari PT Angkasa Pura I Sujiastono mengatakan bahwa bandara baru membutuhkan puluhan ribu tenaga kerja, khusus di dalam bandara.

Menurut dia, bandara akan berdampak positif terhadap terbukanya peluang usaha bisnis perhotelan, rumah makan, tempat tinggal, jasa, hingga mendorong pertumbuhan industri dan pariwisata. Artinya, bandara akan menciptakan lapangan pekerjaan yang besar sehingga harapannya kesejahteraan masyarakat meningkat dan pengangguran berkurang.

"Lapangan pekerjaan di bandara sangat banyak, belum sektor lain yang juga membutuhkan tenaga kerja," katanya.

Selain itu, kata Sujiastono mengatakan bahwa dampak pembangunan bandara adalah memacu perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, menarik investor untuk membuka usaha atau industri baru, mempercepat arus lalu lintas manusia, barang dan jasa.

Kemudian, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), khususnya Kulon Progo melalaui sektor pariwisata, perdagangan, dan pajak/retribusi.

"Perseroan Terbatas (PT) Angkasa Pura I sebagai pelopor pembangunan bandara akan menjadikan Bandar Udara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan Kulon Progo pada khususnya dan DIY pada umumnya," katanya.

Selain itu, kata Sujiastono, PT Angkasa Pura I juga melakukan program prioritas CSR pemberdayaan masyarakat kerja sama dengan UGM Yogyakarta.

Menyinggung soal alih profesi bagi masyarakat terkena dampak pembangunan bandara, pihaknya akan memberikan pelatihan tukang, montir, perbengkelan, operator berat, tata boga, pertamanan, dan pengamanan.

"Dampak pembangunan bandara yang dapat terlihat adalah masa kontruksi dan bandara beroperasi. Kami memberikan kesempatkan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat untuk kerja di proyek bandara. Kami juga menyiapkan SDM supaya saat bandara beroperasi, masyarakat menjadi pelaku, bukan sebagai penonton," katanya.

(U.KR-STR)