123 perupa ambil bagian dalam 'Gama Art'

id perupa

123 perupa ambil bagian dalam 'Gama Art'

Seorang pengunjung sedang mengamati sebuah lukisan palsu yang di pamerkan (Foto Antara/Luqman Hakim)

Jogja (Antara Jogja) - Sebanyak 123 perupa ambil bagian dalam pameran seni rupa bertajuk `Gama Art` di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 19-31 Desember 2015.

"Para perupa itu tergabung dalam Gabungan Perupa Yogyakarta (Gapura). Mereka memamerkan karyanya dalam `event` peringatan Dies Natalis Ke-66 UGM," kata koordinator pameran Gunawan Bonaventura, di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, sebanyak 123 perupa itu terdiri atas 58 pelukis, 41 pematung, 14 seniman kriya, dan 10 seniman grafis. Karya yang dipamerkan meliputi lukisan, patung, grafis, dan kriya.

Para perupa itu di antaranya Djoko Pekik, Nasirun, Ivan Sagita, Lucia Hartini, Soenarto PR, Soetopo, Soeyono, VA Sudiro, Theresia Agustina, Agung Hanafi Purboaji, Irwanto Lentho, Sulistiya Joko Atmaja, Edhi Sunarso, Hardjono, Komroden Haro.

Selain itu, Suparinto, Syahrizal Koto, Yos Tri Atmadja, Beby Charles, Budi Barnabas, Makampo, Mahmudi Agus Antono, Monmujiman, Nardi, Rizal Kedthes, Purjito, Sri Pramono, Yul Hendri, Yusman, Dwita Anja Asmara, MH Chairul, Nasim, dan Rispul.

"Gagasan utama pameran itu tidak jauh-jauh dari hasrat untuk tetap kritis atas kondisi krisis seni dan kebudayaan serta sebagai refleksi estetis sembari terus membangun cakrawala harapan perubahan," katanya.

Ketua Panitia Dies Natalis Ke-66 UGM Ali Agus mengatakan, pameran seni budaya `Gama Art` yang baru pertama kali dilaksanakan dalam dies itu dirancang sebagai bentuk apresiasi sivitas akademika UGM kepada seniman.

"Gagasan penyelenggaraan `Gama Art` terinspirasi betapa kering apresiasi karya seni oleh masyarakat secara umum. Hanya sebagian kecil anggota masyarakat Indonesia yang peduli dan memiliki cita rasa seni sehingga mampu mengapresiasi secara tepat," katanya.

Menurut dia, gejala lemahnya rasa bangga atas karya anak bangsa tidak hanya merambah pada karya seni tetapi juga atas karya-karya intelektual lainnya.

"Padahal, sesungguhnya bangsa besar adalah bangsa yang menghargai karya bangsanya dan sebagai generasi penerus tidak boleh melupakan sejarah nenek moyangnya," kata Guru Besar Fakultas Peternakan UGM itu.

Ia mengatakan, Indonesia adalah bangsa besar. Sampai saat ini masyarakat masih bisa melihat sisa-sisa kejayaan masa lalu dari artefak kebudayaan yang ditinggalkannya.

Candi Borobudur, Prambanan, dan masih banyak lagi peninggalan yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara sebagai bukti mahakarya seni budaya bangsa pada zamannya.

"Alangkah ironi dan dangkalnya pola pikir kita jika kita tidak mampu menghayati dan menghargai karya seni anak bangsa sendiri," katanya.

Menurut dia, zaman sekarang yang serba instan dan cenderung hedonis banyak orang lupa dan melupakan karya bangsa sendiri, dan hal ini tampak dari minimnya apresiasi karya seni sastra dan budaya bangsa.

"Dengan bekal semangat itu `Gama Art` hadir dengan harapan dapat lebih menghadirkan cita karya seni beserta aneka format apresiasinya, khususnya di kalangan masyarakat kampus," kata Agus.

(B015)
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024