Mahasiswa UAD diharapkan manfaatkan heterogenitas bangsa

id mahasiswa uad diharapkan

Mahasiswa UAD diharapkan manfaatkan heterogenitas bangsa

UAD (Foto Istimewa)

Jogja (Antara Jogja) - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta diharapkan dapat memanfaatkan heterogenitas bangsa untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan serta mengembangkan diri.

"Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berasal dari berbagai bangsa. Heterogenitas bangsa itu memberikan peluang terjadinya pergaulan internasional," kata Rektor UAD Kasiyarno di Yogyakarta, Senin.

Pada pembukaan Program Pengenalan Kampus (P2K), Kasiyarno mengatakan mahasiswa UAD antara lain berasal dari Tiongkok, Thailand, Malaysia, Yaman, Kamboja, Timor Leste, Tajikistan, Korea Selatan, Uzbekistan, dan Ukraina.

"Mahasiswa UAD yang berasal dari berbagai bangsa itu memiliki kesempatan untuk saling bertemu, berbicara, bertukar pikiran, dan berbagi pengalaman," katanya.

Menurut dia, hal itu memungkinkan terjadinya persahabatan dalam kehidupan yang semakin kompetitif dan mengglobal saat ini. Kondisi itu akan mendorong mahasiswa menguasai bahasa asing dan memahami budaya bangsa lain.

"Mereka juga dapat melatih kepercayaan diri yang dalam banyak hal menjadi syarat mencapai keberhasilan untuk menghadapi era globalisasi saat ini," kata Kasiyarno.

Ketua Panitia Pusat P2K UAD Triantoro Safaria mengatakan P2K bagi mahasiswa baru itu mengangkat tema "Bersama UAD Membangun Jiwa Kewirausahaan untuk Menghadapi Tantangan Global".

"P2K UAD yang akan berlangsung selama enam hari, mulai 31 Agustus hingga 5 September 2015 itu diikuti 5.000 mahasiswa baru," kata Triantoro yang juga dosen Fakultas Psikologi UAD.

Menurut dia, pelaksanaan P2K UAD bukan ajang balas dendam atau perpeloncoan. Panitia pusat yang terdiri atas dosen dan karyawan dibantu mahasiswa melakukan berbagai inovasi untuk menghapuskan praktik perpeloncoan.

"Kami menyadari bahwa praktik perpeloncoan tidak memberikan dampak yang positif. Kamitidak ingin terjadi kekerasan fisik yang berkedok aturan kedisiplinan termasuk penggunaan atribut yang berlebihan dan tidak sesuai etika," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024