Mayoritas UKM Bantul ekspor kerajinan melalui perantara

id UKM Bantul

Mayoritas UKM Bantul ekspor kerajinan melalui perantara

ilustrasi satu produk UKM (Foto antarafoto.com)

Bantul (Antara Jogja) - Mayoritas pelaku usaha kecil menengah di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengekspor produk kerajinan kreasinya ke berbagai negara melalui perantara atau pengekspor yang berada di berbagai daerah.

"Untuk ekspor kerajinan Bantul, memang ada yang langsung. Namun, masih lebih banyak yang melalui `eksportir` (pengekspor, red.) di luar daerah," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulistyanto di Bantul, Jumat.

Menurut dia, pelaku UKM yang mengekspor produk secara mandiri umumnya industrinya skala menengah ke atas, sedangkan yang melalui perantara merupakan industri kecil.

Sebelum diekspor, lanjut Sulistyanto, barang-barang kerajinan Bantul dikirim ke Bali, Jakarta, dan Surabaya, kemudian produk tersebut oleh pengekspor di kota itu dikirim ke berbagai negara setelah dokumen persyaratan ekspor diurus.

"Barang lebih banyak keluar dari Bali maka administrasi tidak ada di Yogyakarta (DIY), bahkan hampir 50 persen melalui Bali, kemudian Jakarta dan Surabaya," katanya.

Terdapat kelebihan dan kekurangan ketika transaksi ekspor dilakukan melalui pengekspor, yakni tidak perlu direpotkan dengan urusan kepabeanan dan risiko rugi. Namun, kata dia, kekurangannya dari keuntungan tidak besar.

Bagi pengusaha yang mengekspor sendiri, menurut dia, kelebihannya adalah bisa meraup untung lebih besar. Namun, yang bersangkutan harus memahami masalah kontrak kerja sama dengan importir di negara tujuan dan untuk urusan perbankan.

Ia menyebutkan sejumlah produk kerajinan Bantul yang diekspor ke berbagai negara itu, di antaranya permebelan atau furniture, kerajinan gerabah, batik, dan kerajinan kulit, termasuk sarung tangan kulit yang diproduksi pabrik di Piyungan.

"Tujuan ekspor tertinggi masih Amerika dan Eropa, kemudian wilayah Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan, mulai melejit, bahkan dahulunya Amerika yang mendominasi, yakni sekitar 40 persen, kini turun menjadi 30 persen," katanya.

KR-HRI
Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024