Yogyakarta, (Antara Jogja) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyatakan fenomena Madden Julian Oscilation atau penjalaran tekanan udara rendah di Samudera Hindia menjadi faktor pemicu mundurnya musim kemarau di Yogyakarta.
"Sebelumnya awal musim kemarau di Yogyakarta diprediksi pada akhir April 2015," kata staf Pusat Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Agus Triyanto di Yogyakarta, Minggu.
Dengan masih adanya Madden Julian Oscilation (MJO), kata dia, awal musim kemarau secara bertahap akan dimulai pada Mei dasarian ke-3 (antara 21 Mei hingga 1 Juni 2015).
Menurut Agus, keberadaan MJO mengakibatkan pembentukan awan hujan dari Samudera Hindia yang bergerak ke arah timur atau ke arah Indonesia sehingga masih menyebabkan turunnya hujan.
"Selain MJO, di Samudera Hindia juga masih terdapat fenomena badai tropis," katanya.
Meskipun demikian, ia mengatakan, pertumbuhan awan hujan saat ini semakin berkurang dengan rata-rata curah hujan mendekati 50 milimeter per dasarian.
Menurut dia, saat ini potensi bencana yang diakibatkan cuaca ekstrem relatif berkurang. Meskipun demikian, masyarakat tetap harus mewaspadai adanya hujan lebat dengan durasi singkat.
"Potensi bencana seperti banjir dan angin kencang tidak ekstrem seperti pekan sebelumnya," katanya.
Ia mengatakan musim kemarau di DIY yang diperkirakan jatuh pada akhir Mei 2015 tidak akan berlangsung secara serentak. Musim kemarau akan dimulai dari Gunung Kidul, Kota Yogyakarta, Kulon Progo hingga Sleman bagian utara.
"Suatu wilayah dikatakan telah memasuki musim kemarau apabila intensitas curah hujan telah tercatat kurang dari 50 milimeter per dasarian," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan DIY Daryanto Chadorie mengimbau masyarakat tetap mewaspadai berbagai penyakit selama musim peralihan dari hujan ke kemarau.
Menurut dia, penyakit yang masih berpotensi muncul selama pergantian musim dari musim hujan ke kemarau antara lain leptospirosis, diare, muntaber, infeksi saluran pernafasan atas (ispa), serta demam berdarah dengue.
"Untuk mengantisipasinya harus dibiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," katanya.***4***
(L007)
Berita Lainnya
Hujan badai terpa Indonesia
Jumat, 29 Maret 2024 7:36 Wib
Gunung Kidul, DIY, diguncang gempa
Kamis, 28 Maret 2024 19:48 Wib
Hujan ringan guyur Indonesia
Kamis, 28 Maret 2024 7:40 Wib
Hujan lebat terpa sejumlah wilayah Indonesia
Rabu, 27 Maret 2024 9:51 Wib
Hujan lebat guyur DKI Jakarta
Rabu, 27 Maret 2024 3:30 Wib
BMKG prakirakan Jateng masuki kemarau mulai Mei 2024
Selasa, 26 Maret 2024 13:06 Wib
Hujan lebat dan ekstrem guyur Indonesia
Selasa, 26 Maret 2024 7:02 Wib
Tuban, Jatim, diguncang gempa susulan
Selasa, 26 Maret 2024 6:24 Wib