Pakar : kualitas bayi prematur bergantung asupan nutrisi

id bayi

Pakar : kualitas bayi prematur bergantung asupan nutrisi

Ilustrasi ruang perawatan bayi (antarafoto.com)

Jogja (Antara Jogja) - Pakar neonatologi Universitas Indonesia, Rinawati Rohsiswatmo mengatakan, kualitas hidup bayi yang lahir secara prematur untuk berkembang seperti bayi normal bergantung pada asupan nutrisi yang diberikan oleh orang tua.

"Tanpa nutrisi yang baik, tumbuh kembang bayi yang lahir secara prematur tidak akan seperti bayi normal," kata Rinawati dalam diskusi dengan tema "Pentingnya Memberikan Nutrisi Bagi Bayi Prematur Menghindari Gagal Tumbuh" di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, bayi prematur atau bayi yang lahir kurang dari 37 minggu masa kandungan memiliki risiko jauh lebih besar dibanding bayi normal.

Selain risiko terbesar yakni kematian, menurut dia, risiko yang akan ditanggung oleh bayi prematur antara lain seperti kelainan otak besar, gangguan belajar, IQ rendah, gangguan pendengaran, serta keterlambatan bahasa.

Oleh sebab itu, untuk meminimalkan risiko tersebut, bayi prematur memiliki banyak kebutuhan khusus seperti kecukupan nutrisi, serta perawatan ekstra dibandingkan bayi yang lahir normal.

Sementara itu, lanjut Rinawati, upaya memperbaiki kualitas hidup bayi prematur dengan pencukupan nutrisi juga harus dilakukan oleh orang tua secara intensif sebelum usia bayi menginjak dua tahun.

Sebab proses pembentukan atau kelengkapan sel otak sebesar 90 persen terjadi pada dua tahun pertama usia bayi baik yang prematur maupun lahir normal.

"Kalau sudah lewat dua tahun nutrisi baru diperbaiki, maka harapannya (perbaikan kualitas hidup bayi) sudah sulit. Untuk itu perlu diperhatikan semua orang tua," kata staf divisi neonatologi Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) itu.

Menurut Rinawati, air susu ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi terbaik karena mengandung protein yang mampu melawan infeksi dan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Kendati demikian, kebanyakan bayi prematur diberi makan melalui intravena (infus). Setelah sistem pernapasan bayi stabil, menyusui baru dapat dilakukan.

Menurut dia, para orang tua perlu memiliki kesadaran pencukupan nutrisi tersebut, apabila menginginkan bayi yang lahir secara prematur dapat tumbuh menjadi sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dalam kehidupannya.

"Mereka (bayi prematur) punya hak hidup yang sejajar dengan bayi yang lahir normal asalkan diberi nutrisi yang baik serta kasih sayang oleh orang tua," kata dia.

Dia menyebutkan, angka kelahiran prematur di Indonesia menempati posisi ke sembilan dari 10 negara, atau setara dengan 15,5 persen per 100 kelahiran hidup pada 2010.

Sementara, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan pusat rujukan nasional mencatat jumlah kelahiran prematur mencapai 42,44 persen pada 2013.

Prematuritas berhubungan dengan berat lahir rendah yang berkontribusi sebesar 37,5 persen pada angka kematian bayi di Indonesia pada 2012.

(L007)
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024