Gangguan cuaca sebabkan intensitas hujan Yogyakarta meningkat

id bmkg

Gangguan cuaca sebabkan intensitas hujan Yogyakarta meningkat

Alat Pemantau Cuaca BMKG Yogyakarta. Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Hujan lebat yang diakibatkan munculnya daerah tekanan udara rendah di Samudera Hindia tepatnya di tenggara Pulau Jawa memicu peningkatkan intensitas hujan di Yogyakarta selama tiga hingga lima hari ke depan.

"Wilayah DIY seharusnya sudah mulai memasuki musim kemarau. Namun, terjadi gangguan cuaca yang menyebabkan intensitas hujan meningkat," kata Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Yuda Tintana di Yogyakarta, Kamis.

Selain di lokasi tersebut, gangguan cuaca jangka pendek juga terjadi di atas DIY yaitu munculnya daerah tekanan udara rendah dan pertemuan angin di atas Pulau Jawa. Gangguan cuaca itu memicu peningkatakan pembentukan awan hujan sehingga berpotensi meningkatkan curah hujan.

Pada Rabu (22/4) malam, hujan lebat yang mengguyur DIY menyebabkan tiga sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta meluap menggenangi permukiman penduduk di sekitarnya dan memaksa sekitar 900 warga mengungsi.

Curah hujan yang terjadi pada Rabu (22/4) mencapai 129 milimeter per hari, dan intensitas curah hujan yang sama atau setidaknya lebih dari 50 milimeter per hari masih berpotensi terjadi selama gangguan cuaca berlangsung.

Hujan yang turun memiliki karakteristik turun dengan sangat lebat namun durasinya singkat dan biasanya disertai dengan angin serta petir. Hujan terjadi pada rentang waktu sore hingga malam hari.

"Masyarakat perlu lebih waspada terhadap dampak-dampak yang mungkin akan terjadi saat hujan lebat turun," katanya.

Sementara itu, warga yang terdampak luapan air sungai seperti warga di bantaran Sungai Code mulai membersihkan rumah dan lingkungannya usai tergenang air.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Vita Yulia mengimbau agar warga mewaspadai penularan leptospirosis yang berpotensi mengalami peningkatan usai terjadi luapan air sungai.

"Tikus yang biasanya bersarang di sungai pindah ke permukiman akibat air sungai meluap. Bisa saja, air kencing tikus membawa bakteri leptospira yang bisa menular ke warga," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Vita, warga yang melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan perlu mengenakan perlindungan seperti sarung tangan atau sapatu boot dan langsung mencuci tangan, kaki dan badan hingga bersih menggunakan sabun. ***4***

(E013)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024