Dewan Pendidikan: kebocoran disebabkan UN terlalu formal

id Un bocor

Dewan Pendidikan: kebocoran disebabkan UN terlalu formal

Ilustrasi, Sejumlah pelajar mengikuti Ujian Nasional (UN)  secara online menggunakan komputer atau Computer Based Test (CBT) tingkat SMA sederajat. (Foto ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta menilai munculnya kebocoran soal ujian nasional antara lain disebabkan pelaksanaannya terlalu formal sehingga keluar dari tujuan utamanya yakni sekadar untuk pemetaan kemampuan siswa.

"Banyak sekolah yang mamberi pengertian siswa bahwa hasil ujian nasional (UN) akan dipertimbangkan untuk seleksi masuk perguruan tinggi. Itu sudah keluar dari tujuan utamanya," kata Ketua Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Wuryadi di Yogyakarta, Senin.

Dia mengatakan seharusnya masing-masing dinas pendidikan hingga tingkat sekolah dapat memahami dan mensosialisasikan tujuan UN dengan benar. Dengan memberikan pemahaman bahwa UN akan menjadi tolok ukur masuk perguran tinggi, menurut dia jelas akan memicu munculnya upaya membocorkan, dan mencari bocoran.

Prespektif pelaksanaan UN saat ini, menurut Wuryadi, seharusnya dapat dilaksanakan sekadar untuk memetakan potensi atau kelebihan serta kekurangan siswa dan sekolahnya.

Dengan demikian semakin realistis nilai yang dicapai maka semakin baik, sebab akan ditindaklajuti pemerintah untuk membantu mengatasinya.

"Kalau kurang ya tidak perlu malu atau ragu-ragu karena nanti akan dibantu, dan tidak ada sanksi apa-apa. Itu yang seharusnya dipahamkan kepada siswa," kata dia.

Menurut Wuryadi, untuk mencapai hasil UN yang baik, pelaksanaannya juga seharusnya tidak perlu dilakukan terlalu formal dengan melibatkan kepolisian untuk mengawal, sebab seperti disepakati bersama bahwa orientasi UN sudah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Seharusnya pengawalan polisi tidak perlu, karena justru menunjukkan ketidaktahuan tujuan UN itu untuk apa," kata dia.

Selain itu, menurut dia, peristiwa bocornya soal UN juga didorong oleh faktor psikologis orang tua siswa yang rata-rata masih khawatir dengan hasil UN yang akan diraih anaknya. Padahal kondisi itu pula yang pada akhirnya memicu anak mencari bocoran, serta dimanfaatkan oknum tertentu untuk menjual bocorannya.

"Kalau akhirnya bocor dan saling mencari bocoran kan pemetaan tidak ada gunanya," kata dia.

Sebelumnya Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita k

Karnawati mengatakan pihaknya tidak akan mempersoalkan kebocoran itu, hingga menjadi pertimbangan pelaksanaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di kampusnya.

"Seandainya tidak ada peristiwa itu, hasil ujian nasional (UN) memang sudah tidak menjadi pertimbangan siswa akan diterima atau tidak," kata dia.

Menurut dia, UGM telah menyusun parameter tersendiri untuk menentukan penerimaan mahasiswa baru baik melalui jalur SNMPTN, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), maupun lewat Ujian Masuk (UM).

"Yang jelas hasil UN tidak menjadi parameter penting. Kami memiliki kewenangan untuk menentukan sendiri," kata dia. ***4***

(L007)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024