Bantul hijaukan lahan kritis 35 hektare

id tanam

Bantul hijaukan lahan kritis 35 hektare

ilustrasi penghijauan (foto antaranews.com)

Bantul (Antara) - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah berupaya menghijaukan lahan kritis seluas 35 hektare di wilayah pedukuhan Nawungan, Desa Selopamioro, Imogiri.

"Di Nawungan itu ada lahan kritis sekitar 35 haktare yang sudah kami tanami berbagai jenis tanaman buah-buahan, di antaranya durian, kelengkeng, rambutan, dan mangga," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Partogi Dame Pakpahan di Bantul, Sabtu.

Dia mengatakan penghijauan lahan kritis yang terletak di daerah perbukitan dengan ditanami buah-buahan tersebut, telah dilakukan sejak dua tahun lalu, sedangkan upaya itu mendapat dukungan dan kerja kerja sama dengan pemerintah pusat.

"Penanaman tanaman buah-buahan tahun ini masih jalan termasuk mengganti tanaman yang mati, sebab saat kemarau kemarin ada yang mati, selain itu masih ada lahan seluas 17 hektare untuk pengembangan tanaman buah-buahan tersebut," katanya.

Ia mengharapkan dengan ditanami berbagai buah-buahan tersebut, lahan setempat bisa dipelihara dan dirawat masyarakat setempat sehingga jika sudah waktu panen, mereka bisa menikmati hasil untuk dikonsumsi maupun dipasarkan.

"Kalau satu pohon dipelihara dengan baik hingga berbuah, bisa dibayangkan hasil panennya dikalikan dengan harga jual buah itu, sebab saat ini setidaknya ada lebih dari 30 tanaman buah yang tumbuh," kata Partogi.

Pihaknya juga meminta pemerintah desa dengan masyarakat setempat bekerja sama dalam merawat dan mengupayakan pengairan lahan, sehingga hasilnya bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ketika ditanya adanya tanaman buah yang mati karena tidak tahan musim, pihaknya mengakui saat penanaman awal sebagian menggunakan bibit tanaman yang belum teruji akibat kurang teliti dari pihak ketiga yang mengadakan bibit itu.

"Tahun pertama kemarin kematian mencapai sekitar 40 persen, kemudian tahun kedua bisa ditekan 10 persen, itu karena ada bibit yang kurang bagus, sehingga kami ganti dengan bibit unggul," katanya.

(KR-HRI)