BEI Yogyakarta minta pemerintah jaga stabilitas politik

id BEI

BEI Yogyakarta minta pemerintah jaga stabilitas politik

Ilustrasi Gedung Bursa Efek Indonesia (foto seruu.com) (seruu.com)

Jogja (Antara Jogja) - Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Irfan Noor Riza berharap Pemerintah pusat mampu menjaga stabilitas politik agar pertumbuhan investasi khususnya yang berasal dari pemodal asing tetap stabil.



"Dengan iklim politik yang tidak menentu maka investor akan berhati-hati untuk memutuskan menanamkan modalnya," kata Irfan di Yogyakarta, Sabtu.


Menurut dia, stabilitas politik dan keamanan dianggap penting bagi investor untuk menentukan akan menanamkan modalnya atau tidak.


Apabila pemerintah tidak mampu menjaga kestabilan politik, maka investor akan menarik modal dengan melakukan aksi ambil untung (profit taking) dengan menjual sahamnya.


"Hal ini perlu diwaspadai apalagi jumlah investor domestik di Pasar Modal masih kurang dari 50 persen," kata dia.


Sementara itu, penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mampu menyentuh Rp13.000 pada awal Maret 2015, menurut dia, memiliki dampak penurunan harga saham namun tidak signifikan. Meskipun berdampak peningkatan penjualan saham oleh investor asing, hal itu justru menjadi kesempatan bagi investor lokal untuk membeli saham.


"Saham hampir semua sektor turun. Kecuali ada beberapa saham sektor pertambangan, perbankan dan jasa yang justru naik. Ini sebenarnya dapat menjadi angin segar bagi investor lokal," katanya.


Sesuai data BEI DIY, jumlah investor di daerah ini telah mencapai 10.167 orang dengan nilai transaksi mencapai Rp207 miliar pada akhir Desember 2014, atau naik dari November yang masih sebanyak 9.783 orang.


Ekonom Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih mengatakan Bank Indonesia (BI) yang juga sebagai penjaga pasar valas harus mampu meminimalkan volatilitas rupiah. Sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus memastikan pergerakan pasar modal berlangsung aman.


"Jika sudah bisa dijamin aman, maka investor asing tidak akan berbondong-bondong membawa dananya ke luar (Indonesia)," kata dia.


Sementara itu, dia mengakui Indonesia selama ini sudah terlalu bergantung pada portofolio, serta utang asing jangka pendek dengan jumlah yang cukup besar.


Dengan ketergantungan itu, kata dia, mengakibatkan sistem keuangan Indonesia memiliki potensi volatilitas yang tinggi. Sehingga jika ekonomi internasional sedikit mengalami goncangan akan mudah memengaruhi sistem keuangan Indonesia, terutama di pasar valas dan IHSG.


(L007)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024