Lokomotif Bimo Kunthing hiasi halaman Benteng Vredeburg

id lokomotif bimo kunthing

Lokomotif Bimo Kunthing hiasi halaman Benteng Vredeburg

Lokomotif Bimo Khunting setelah dipindahkan di halaman Benteng Vredeburg masih tertutup terpal menunggu lokasinya dipercantik. (Foto Antara/Azhar Qodrat/ags/15)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Lokomotif yang memiliki nilai sejarah cukup penting dalam dunia perkeretaapian di Indonesia, yaitu Bimo Kunthing kini menghiasi halaman Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

"Kami menerima permintaan dari Dinas Kebudayaan DIY agar lokomotif tersebut bisa dijadikan monumen dan lokasi yang dipilih adalah di Museum Benteng Vredeburg," kata Manajer Heritage PT KAI Wawan Hermawan saat dihubungi dari Yogyakarta, Jumat.

Setelah menerima permohonan dari Pemerintah DIY, PT KAI dan Dinas Kebudayaan DIY kemudian melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi fisik lokomotif dan menelusuri sejarahnya.

"Setelah itu, proses dilanjutkan dengan restorasi lokomotif Bimo Kunthing dan kemudian memindahkannya dari Balai Yasa Yogyakarta ke Benteng Vredeburg," kata Wawan. Lokomotif yang dipajang di halaman Museum Benteng Vredeburg adalah lokomotif generasi ketiga.

Lokomotif tersebut dipindahkan dari Balai Yasa Yogyakarta ke halaman Museum Benteng Vredeburg pada Kamis (29/1) malam menggunakan truk besar. Saat ini, lokomotif tersebut belum dapat dinikmati oleh wisatawan karena masih diselubungi terpal.

Lokomotif Bimo Kunthing memiliki nilai sejarah yang istimewa karena menjadi lokomotif pertama buatan bangsa Indonesia. Lokomotif tersebut kemudian diberi nomor seri B100.

Lokomotif tersebut diresmikan oleh Balai Karya Yogyakarta Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada 1960 dan Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX memberi nama Bimo Kunthing untuk lokomotif itu.

Bimo Kunthing dipilih sebagai nama karena merupakan personifikasi salah satu tokoh dalam dunia pewayangan yaitu Bimo dan "kunthing" memiliki arti kecil, lincah dan gesit.

Lokomotif tersebut berukuran kecil, namun memiliki akselerasi cepat dan jarak pengereman paling pendek.

Pada 1963, lokomotif Bimo Kunthing generasi kedua diluncurkan dan pada 1965 diluncurkan lokomotif generasi ketiga yang menggunakan rangka dari lokomotif uap seri C15. Lokomotif Bimo Kunthing generasi ketiga bermesin diesel dengan kekuatan 120 daya kuda.

Lokomotif tersebut digunakan sebagai lokomotif langsir pada Balai Karya Kereta Api Yogyakarta, yaitu menarik atau mendorong lokomotif yang sedang menjalani "overhaul" atau perawatan.

Pada 1980, lokomotif Bimo Kunthing mengakhiri tugasnya di bengkel kereta api dan digantikan dengan lokomotif lainnya.

Pemerintah DIY pun telah menetapkan lokomotif Bimo Kunthing generasi ketiga itu sebagai benda cagar budaya. 

(E013)
Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024