Raja Abdullah sang reformis yang hati-hati

id raja arab saudi

Raja Abdullah  sang reformis yang hati-hati

Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz As-Saud (antaranews.com)

Riyadh (Antara/Reuters Jogja) - Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz telah mangkat dan meninggalkan warisan modernisasi dalam bentuk reformasi sosial-ekonomi yang hati-hati.

Sang yang raja lahir tahun 1924 dan berkuasa di Arab Saudi sejak 2006 meninggal pada Jumat dini. Putra mahkota Salman akan menggantikan dirinya.

Pangeran Salman diperkirakan akan meneruskan upaya Abdullah yang perlahan-lahan menyingkirkan kelompok ulama konservatif dari pusat kekuasaan demi menyelaraskan tradisi Islam dengan syarat-syarat ekonomi modern.

Sebelumnya, Raja Abdullah dikenal di kalangan diplomat asing sebagai seorang konservatif yang punya ikatan kuat dengan suku Baduin. Namun reputasi itu kemudian luluh setelah Abdullah--yang saat itu masih putra mahkota namun sudah menjalankan tugas raja karena ayahnya sakit--dengan cerdas mengatasi persoalan pengangguran dengan meliberalisasi ekonomi.

Meski demikian, sejumlah pihak masih belum puas terhadap beberapa sikap raja dalam menanggapi peristiwa regional seperti gerakan kebangkitan Arab pada 2011 lalu.

Setelah serangan 11 September 2011 di Amerika Serikat dan pengeboman di Arab Saudi oleh Al Qaeda, Raja Abdullah dengan cepat bertindak mengingatkan ulama konservatif yang pada masa itu dinilai mengajarkan nilai-nilai intoleran di sekolah dan masjid.

"Negara ini akan terus maju, dengan pertolongan Allah, melalui reformasi yang bertahap dan telah dipelajari," kata dia sambil mengingatkan rakyat Saudi untuk meninggalkan kelompok konservatif yang "stagnan" dan juga kelompok liberal yang "tidak bertanggung jawab."

Reformasi itu memang berjalan lambat dan hanya berhasil pada beberapa bagian. Namun upaya tersebut telah meninggalkan jejak bagi masa depan Arab Saudi dan membuat Raja Abdullah menjadi tokoh yang populer di kalangan anak-anak muda--yang saat ini berjumlah 60 persen dari total populasi.

Tetapi di sisi lain, Abdullah masih membiarkan sistem politik Arab Saudi yang terpusat pada keluarga raja tetap tak tersentuh.

Selama masa kekuasaannya, dia hanya memulai pemilihan umum dewan kota yang tidak punya kewenangan besar. Selain itu, reformasi politik besar yang dia tinggalkan hanyalah pembentukan dewan keluarga demi memastikan perpindahan kekuasaan yang lebih tertib.

Raja Abdullah juga merupakan tokoh yang dengan keras menolak demonstrasi pro demokrasi di sejumlah negara tetangga pada masa arus kebangkitan Arab--sebuah sikap yang mencerminkan kekhawatiran keluarga raja akan semakin kuatnya rival regional Iran setelah rezim sekutu di teluk tumbang.

Pada masa tersebut, dia juga sempat mencegah gelombang pro demokrasi di negaranya sendiri dengan mengeluarkan kebijakan sosial senilai 110 milyar dolar AS untuk membangung perumahan dan menciptakan lapangan kerja.

Lebih dari itu, para aktivis yang menuntut perubahan melalui petisi harus menerima ganjaran kurungan penjara. Sang raja juga mengeluarkan perintah larangan pendirian partai dan demonstrasi di jalanan.

Untuk urusan politik, Raja Abdullah memang konservatif. Tapi dia tetap populer di kalangan anak muda. Sejumlah pengamat menduga bahwa dia populer karena kebijakan subsidi sosial besar-besaran dari uang minyak yang saat itu masih tinggi.

Popularitas Raja Abdullah sebagian juga disebabkan oleh cara dia hidup sederhana dan melarang keluarga raja berfoya-foya dengan uang negara. Pada masa awal kekuasaannya, dia juga dipuji karena mengakui adanya kemiskinan di Arab Saudi setelah mengunjungi perkampungan kumuh.

Dia juga raja pertama di Arab Saudi yang berupaya memperbaiki nasib perempuan dengan menawarkan pendidikan yang lebih baik, kesempatan kerja, serta menjanjikan hak partisipasi dalam pemilihan umum kota pada 2015 ini.

Sang raja mengatakan bahwa perempuan akan mempunyai hak sebagai anggota Dewan Suro, sebuah badan penasihat pemerintah untuk urusan pembentukan undang-undang baru.

Namun harus diakui bahwa nasib perempuan di Arab Saudi masih menyedihkan. Mereka dilarang mengendarai mobil dan harus mempunyai izin "penjaga" laki-laki untuk dapat bekerja, berpergian ke luar negeri, membuka rekening bank, ataupun menjalani operasi khusus.

Sementara itu dalam konteks politik kawasan, energi sang raja selama dalam beberapa tahun terakhir diarahkan untuk membatasi naiknya pengaruh rival Iran di Timur Tengah.

Strategi tersebut mencapai puncak saat dia mengirim pasukan ke Bahrain pada 2011 untuk mengamankan kekuasaan monarki di sana dari gempuran demonstrasi massa yang dibekingi Iran.

Bahkan bocoran dari WikiLeaks mengungkapkan bahwa Raja Abdullah pada 2009 pernah mendesak Amerika Serikat untuk "memotong kepala ular" dengan menyerang Iran.

    (Uu.G005)