UGM lakukan reorientasi akademik

id ugm lakukan reorientasi

UGM lakukan reorientasi akademik

Dwikorita Karnawati (Foto ugm.ac.id)

Jogja (Antara Jogja) - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melakukan reorientasi akademik, dari sebelumnya berorientasi riset menuju "socio-entrepeneur university" untuk meningkatkan daya saing.

"Saat ini kami melakukan reorientasi, mendidik mahasiswa menjadi `socio-entrepreneur`, yakni menjadikan mereka inovator yang siap menghadapi segala macam tantangan," kata Rektor UGM Dwikorita Karnawati di Yogyakarta, Jumat.

Usai peringatan Dies Natalis Ke-65 UGM, ia mengatakan dengan perubahan orientasi akademik UGM dari sebelumnya universitas riset ke arah "socio-entrepeneur university" itu, inovasi menjadi penggerak utama.

Menurut dia, berbagai pusat inovasi dikembangkan untuk menyiapkan beragam produk hasil riset unggulan UGM, yang kemudian dihilirkan kepada masyarakat dan kalangan industri. "Salah satunya kami meluncurkan beberapa produk kesehatan karena teknologi kesehatan kita mayoritas masih impor," katanya.

Selain dalam bidang kesehatan, kata dia, orientasi riset UGM juga diarahkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa. Seluruh kegiatan riset UGM diarahkan untuk mengatasi masalah dalam bidang energi, pangan, manufaktur, maritim, dan heritage. "Proses pembelajaran S-1, S-2, dan S-3 juga diwarnai bidang-bidang tersebut," katanya.

Ia mengatakan pada 2014 UGM berhasil menghilirkan delapan produk penelitian bidang kesehatan dan kedokteran kepada masyarakat dan industri. Terakhir UGM meluncurkan produk "bone graft" diberi nama Gama-Cha.

Dalam waktu dekat, kata dia, UGM segera meluncurkan produk riset berupa alat deteksi dini kanker leher kepala dan haemostatic sponge.

"Produk alat kesehatan lain yang nanti bekerja sama dengan industri, antara lain produk stent (ring) jantung berharga murah dan VP-Shunt (pipa untuk mengalirkan cairan otak anak penderia hidrosefalus)," katanya.

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Sofian Effendi mengatakan perguruan tinggi seharusnya bisa mengubah cara pandang akademiknya, tidak lagi hanya sebatas mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga ikut serta memecahkan masalah bangsa.

"Contohnya, persoalan kemiskinan yang hingga kini tidak pernah selesai karena model pendekatan cara pandang dengan satu disiplin keilmuan. Untuk itu diperlukan pendekatan keilmuan interdisiplin dan transdisiplin," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024