Bantul (Antara Jogja) - Petani bawang merah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, enggan memanfaatkan gudang penyimpanan komoditas yang disediakan pemerintah setempat untuk mendukung sektor pertanian tersebut.
"Istilahnya bukan mangkrak, namun (gudang) belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh petani, karena mereka memanfaatkan gudang sendiri untuk menyimpan bawang yang ada di rumah masing-masing," kata Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bantul, Suroto di Bantul, Rabu.
Menurut dia, di Bantul terdapat tiga gudang bawang yang dibangun pemkab guna dimanfaatkan petani sebagai tempat penyimpangan bawang merah pascapanen untuk keperluan tunda jual sekaligus pemrosesan menjadi benih bawang.
Tiga gudang bawang tersebut, kata dia terletak di Bantul bagian selatan tepatnya Desa Srigading Sanden dengan kapasitas masing-masing gudang hingga seratus ton, karena tanaman bawang lebih banyak dikembangkan di daerah itu ketimbang di wilayah lainnya.
"Dulunya memang sempat digunakan dan pernah menyimpan sampai seratus ton bawang, namun saat ini tidak dimanfaatkan, karena selain kualitas panenan pada musim tanam kedua Oktober lalu bagus, harga jual tergolong baik," katanya.
Ia mengatakan, gudang penyimpanan bawang tersebut hanya digunakan petani ketika harga jual bawang jatuh hingga harganya di bawah break even point (BEP) atau titik impas sebesar Rp8000 per kilogram yang diakibatkan karena stok di tingkat petani berlebih.
"Gudang dimanfaatkan ketika harga pascapanen jatuh, atau produksi berlebih, namun untuk sekarang ini harga termasuk tinggi sekitar Rp13 ribu per kilogram, sehingga mereka memilih menyimpan sendiri karena sewaktu-waktu bisa dijual," katanya.
Bahkan kata dia, pihaknya sendiri mengaku juga menyimpan bawang merah pascapanen sekitar dua ton dengan cara digantung di atap rumah, penyimpanan tersebut untuk mendapatkan hasil yang baik ketika nanti sudah selama enam bulan.
"Panen kemarin sekitar Oktober, sehingga saat ini penyimpanan sudah sekitar dua bulan, sejauh ini hasilnya tidak ada yang busuk, ini sekaligus persiapan menghadapi musim tanam pertama 2015 pada Maret-April," katanya.
Sementara itu, anggota kelompok tani Sido Makmur di Soge Desa Srigading, Mujiyar mengatakan, dirinya lebih memilih menyimpang bawang pascapenen di rumah sendiri ketimbang di gudang penyimpanan untuk mendapatkan benih yang baik.
"Kalau disimpan digudang kan susah mengurusnya belum lagi sirkulasinya kurang bagus, sementara kalau di rumah selain lebih mudah mengurus, juga hasilnya lebih bagus karena sinar matahari dan angin tetap terjaga," katanya.
Mujiyar yang memiliki lahan sekitar 2.800 meter persegi ini menyimpan bawang sekitar delapan kuintal dengan cara digantung di atap teras rumah selama kurang lebih enam bulan, nantinya benih akan disortir dan yang busuk akan dibuang.
KR-HRI
Berita Lainnya
Meski harga melonjak, Indonesia tak impor bawang merah
Kamis, 25 April 2024 13:09 Wib
BRIN sedang meneliti manfaat abu terbang batu bara guna budidaya bawang merah
Senin, 1 April 2024 15:36 Wib
Bantul sebut ketersediaan bawang merah aman
Jumat, 15 Maret 2024 1:59 Wib
Bantul menggerakkan petani tanam bawang merah tidak serentak
Jumat, 12 Januari 2024 17:07 Wib
Capres Ganjar-Mahfud kunjungi petani bawang, nelayan, dan ponpes
Rabu, 10 Januari 2024 10:10 Wib
Kementan meresmikan nursery bawang merah dan cabai di Sleman
Kamis, 23 November 2023 19:58 Wib
Pemkab Kulon Progo diminta membuat lahan pengembangan benih bawang merah
Senin, 13 November 2023 13:17 Wib
KWT Semin Gunungkidul panen raya bawang merah
Kamis, 9 November 2023 20:10 Wib