Psikolog: keluarga berperan sentral tanamkan pendidikan karakter

id psikolog: keluarga berperan

Psikolog: keluarga berperan sentral tanamkan pendidikan karakter

Ilustrasi (Foto forumstudikebangsaan.blogspot.com)

Jogja (Antara Jogja) - Keluarga harus mampu memainkan peran sentral dengan menjadi sosok yang dapat menanamkan pendidikan karakter, sekaligus sahabat tempat anak berkeluh kesah, kata seorang psikolog.

"Dengan menjalankan kedua peran itu, secara tidak langsung mereka telah menjaga anak-anak agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif," kata psikolog Universitas Islam Indonesia (UII) Hepi Wahyuningsih di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, orangtua hendaknya menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak sejak dini. Tidak harus dengan pengajaran klasikal, tetapi bisa diawali dengan mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan ibadah yang sifatnya rutin seperti shalat berjamaah.

"Langkah awal itu dinilai penting untuk menanamkan spiritualitas bahwa Allah Maha Melihat segala aktivitas mereka," kata Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII itu.

Selanjutnya, menciptakan atmosfer keterbukaan dan komunikasi di antara anggota keluarga. Orangtua tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga sahabat bagi anak-anaknya.

"Untuk dapat melakukan hal itu memang tidak mudah karena orang tua harus lebih membangun kedekatan dan perhatian kepada anak," katanya.

Ia mengatakan ketika anak telah membuka diri, maka orang tua pun akan lebih mudah memasukkan nilai-nilai dan nasihat kepada anak-anaknya.

Hal itu akan lebih efektif jika dilakukan dalam suasana santai seperti dalam obrolan sehari-hari dan ketika mengajak anak berpergian.

Menurut dia, ketika anak berada dalam masalah, orangtua sebaiknya intensif mendampingi anak dan tampil sebagai sosok yang mampu memberi rasa aman. Orang tua harus peduli dengan masalah yang dihadapi anak.

Pada saat itu merupakan momentum yang efektif untuk memberi nasihat karena anak cenderung lebih mendengarnya.

"Meskipun demikian, anak sebaiknya juga diajari mengatasi masalahnya sendiri bukan sepenuhnya diselesaikan oleh orang tua sehingga ada proses pembelajaran bagi anak," katanya.

Ia mengatakan keluarga di era global menghadapi tantangan yang lebih berat karena situasi lingkungan tidak lagi sekondusif dulu.

"Anak-anak kita begitu rentan terpapar oleh pengaruh negatif yang masuk lewat berbagai media di sekitar mereka. Apalagi usianya yang masih remaja, di mana mereka telah memasuki masa perkembangan biologis tetapi belum disertai dengan kematangan emosional," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024