Bantul (Antara Jogja) - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta Kementerian Agama setempat menarik buku Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah menyebutkan "berhala sekarang adalah kuburan para wali".
"Kami sebagai warga Nahdliyyin sangat keberatan dengan keberadaan buku tersebut, karena itu kami meminta Kemenag untuk menarik kembali buku ini dari peredaran," kata Ketua PCNU Bantul Yasmuri di Bantul, Rabu.
Menurut dia, warga NU merasa terusik dengan beredarnya buku panduan guru MTs untuk kelas VII mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), pada halaman 14 tersebut yang tercantum kalimat "berhala sekarang adalah kuburan para wali".
Sebab, kata dia, kalimat tersebut bermakna negatif karena bagi siapapun yang berziarah ke makam para wali sama halnya dengan mendatangi berhala, sementara warga NU seringkali melakukan ziarah ke makam para wali itu.
"Karena ini sifatnya nasional, saya kira dampaknya luar biasa, makanya harus ada langkah dari Kemenag untuk menarik buku dan kemudian memperbaiki buku tersebut (SKI)," kata Yasmuri yang mengakui belum lama mengetahui buku dinilai meresahkan itu.
Ia juga menyayangkan tim editorial selaku penyusun buku panduan guru MTs ini, karena seharusnya permasalahan ini tidak perlu terjadi jika memang tim editorial selektif dan teliti sebelum mencetak dan mengedarkan buku ke sekolah-sekolah.
"Sementara ini masih permohonan saja dan belum sampai melayangkan surat (ke Kemenag), kami juga meminta elemen NU, misalnya Banser agar tidak melakukan sweping ke seklah-sekolah atau menarik paksa buku," katanya.
Sementara itu, Dewan Syuro PCNU Bantul Abdul Kholiq Syifa� mengatakan, ajaran ziarah kubur ke makam para wali yang selama ini dilakukan kaum Nahdliyyin memiliki landasan hukum dalam kitab suci Al Quran, sehingga kalimat "berhala sekarang adalah kuburan para wali" sangat tidak pantas.
"Ziarah ke makam wali ada tuntunan dalam Al-Quran dan bukan bertujuan untuk menyembah para wali, melainkan berdoa kepada Allah di dekat makam wali, makanya kalimat itu justru malah mengkafirkan orang Islam," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Madrasah Kantor Kemenag Bantul Jauzan Sanusi mengatakan, pihaknya telah mengecek muatan buku mata pelajaran SKI bagi guru MTs siswa kelas VII tersebut, hasilnya memang ada satu kalimat yang dinilai kurang tepat.
Atas temuan itu, pihaknya juga sudah mengkoordinasikan dengan Kanwil Kemenag, dan hasilnya Kanwil tidak akan menarik buku dari peredaran karena menyangut anggaran pengadaan buku, namun demikian, Direktorat Jenderal Madrasah akan mengeluarkan surat edaran.
"Surat edaran ini akan dikirimkan ke seluruh madrasah, isi surat edaran itu ya terkait satu kalimat dalam halaman 14 itu," katanya.
(KR-HRI)
Berita Lainnya
Pengasuh Ponpes Krapyak Bantul menyerukan jaga persatuan usai Pemilu 2024
Jumat, 26 April 2024 14:32 Wib
Program Padat Karya di Bantul diproyeksikan serap 8.000 tenaga kerja
Jumat, 26 April 2024 11:40 Wib
Bawaslu Bantul mengawasi pembentukan anggota PPK untuk Pilkada 2024
Kamis, 25 April 2024 18:12 Wib
KPU Bantul buka pendaftaran PPK Pilkada 2024
Kamis, 25 April 2024 13:18 Wib
Bupati Bantul sebut otonomi daerah untuk kesejahteraan dan demokrasi
Kamis, 25 April 2024 13:16 Wib
Pemkab Bantul serahkan sertifikat hasil konsolidasi tanah kepada warga
Rabu, 24 April 2024 18:51 Wib
Usaha lansia pengrajin tas rajut di Bantul, DIY, peroleh bantuan
Rabu, 24 April 2024 5:23 Wib
Bawaslu Bantul melakukan pembentukan panwascam untuk Pilkada 2024
Selasa, 23 April 2024 19:12 Wib