Bantul (Antara Jogja) - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Gatot Abdullah Mansyur mendorong gagasan `one village one product` atau satu desa satu produk dalam rangka mengoptimalkan usaha-usaha produktif TKI Purna.
"Untuk mengoptimalkan usaha-usaha produktif TKI Purna itu diperlukan perencanaan matang di antaranya dapat dilaksanakannya gagasan `one village one product`," katanya dalam Temu wicara dan ekspo TKI Purna 2014 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu.
Kepala BN2TKI mengatakan, beberapa negara yang sudah menerapkan gagasan itu di antaranya Jepang, Thailand dan Taiwan, negara-negara tersebut sangat maju di bidang pertanian.
"Indonesia tentunya bisa seperti itu bila seluruh pemerintah daerah (pemda) dan mitranya serta masyarakat mau saling bahu membahu," kata Gatot.
Oleh sebab itu, kata dia dengan diselenggarakannya kegiatan tersebut selain menjadi ajang promosi dan pemasaran produk hasil usaha TKI Purna dan keluarga juga untuk sosialisasi mengenai kemajuan yang dicapai TKI Purna secara sosial dan ekonomi.
"Ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan motivasi bagi TKI Purna atau keluarganya untuk memanfaatkan hasil kerja di luar negeri secara optimal, antara lain dengan menjadi wirausaha-wirausaha baru," katanya.
Gatot mengatakan, fakta memang menunjukkan terdapat TKI Purna yang mampu memeprtahankan, bahkan meningkatkan tingkat kesejahteraan ekonominya setelah kembali dari luar negeri, dengan mengembangkan usaha-usaha baru.
Namun demikian, kata dia sebagian TKI Purna juga menghadapi masalah sosial dan ekonomi di daerah asal karena kembali menganggur dan menjadi beban pemerintah daerah.
"Hal ini disebabkan sebagian besar TKI Purna tidak mampu memanfaatkan atau mengalokasikan uang hasil kerja di luar negeri untuk usaha produktif, melainkan lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang konsumtif," kata Gatot.
Sementara itu, tercatat ada sekitar enam juta TKI di luar negeri, tiap orang dapat menopang kehidupan minimal lima orang terdiri suami, istri, anak-anak bahkan orang tua mereka, sehingga sekitar 30 juta orang di Indonesia ditopang kehidupannya karena TKI.
"Perlu diketahui bersama bahwa penempatan TKI di luar negeri hanyalah merupakan salah satu alternatif dalam mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, sehingga yang penting adalah bagaimana usaha setelah kembali atau tidak lagi jadi TKI," katanya.
(KR-HRI)
Berita Lainnya
Awas, hati-hati perdagangan orang berkedok mahasiswa magang ke Jerman
Jumat, 22 Maret 2024 10:50 Wib
Film "Women from Rote Island" kisahkan budaya patriarki
Sabtu, 17 Februari 2024 5:44 Wib
Siti Kurmaesa bukan korban pedagangan orang di Arab Saudi
Sabtu, 28 Januari 2023 7:13 Wib
Pelajar Indonesia di Taipei gelar Festival Budaya 2023
Senin, 9 Januari 2023 7:40 Wib
Media Taiwan puji peragaan busana batik
Selasa, 4 Oktober 2022 9:52 Wib
WNI hati-hati terima tawaran kerja di Hong Kong
Minggu, 21 Agustus 2022 15:54 Wib
Soal penempatan TKI, Indonesia-Malaysia rembukan terus
Minggu, 24 Juli 2022 11:01 Wib
Dinkes Gunung Kidul: Satu kasus terkonfirmasi COVID-19 merupakan TKI
Rabu, 19 Januari 2022 0:44 Wib