Bantul, (Antara Jogja) - Wirausaha yang digeluti Sumardiyono, tenaga kerja Indonesia purna asal Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mampu menghasilkan pendapatan ratusan juta rupiah per bulan.
"Ada salah satu TKI purna di Yogyakarta yang sudah berwirausaha, di antaranya restoran besar, bahkan dengan keuntungan bersih sekitar Rp100 juta," kata Kepala BNP2TKI Gatot Abdullah Mansyur dalam temu wicara dan ekspo TKI purna di Bantul, Rabu.
Oleh sebab itu, menurut Gatot salah satu TKI purna yang saat ini telah sukses berwirausaha tersebut patut memberi contoh bagi TKI maupun TKI purna untuk dapat lebih sejahtera dan tidak kembali menganggur setelah pulang dari bekerja di luar negeri.
Pihaknya berharap TKI purna bekerja keras untuk mengembangkan usaha atau bisnis di daerah, apalagi dengan omzet ratusan juta tersebut tidak mudah untuk dicapai, selain itu juga harus mengetahui kebutuhan pasar itu sendiri.
"Kami berpesan ke calon TKI atau yang cuti jangan sekali-kali bermimpi menjadi TKI seumur hidup, cukup sekali putaran dua putaran saja yang hasilnya dikumpulkan untuk modal mengembangkan usaha di daerah asal," kata Kepala BNP2TKI.
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Bantul, Suyoto mengatakan, Sumardiyono merupakan mantan TKI di Malaysia, dan saat ini memiliki sembilan perusahaan di Yogyakarta dengan pendapatan kotor sekitar Rp1,2 miliar per bulan.
"Perusahaan itu di antaranya rumah makan, minimarket, swalayan, biro perjalanan dengan tenaga kerja sekitar seratus orang, kalau omzet bersihnya sekitar Rp120 juta per bulan, angka yang melebihi menteri, bupati," katanya.
Sementara itu, Sumardiyono yang diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman di acara itu mengatakan, selama menjadi TKI di Malaysia dirinya juga belajar perekonomian di negara Jiran itu agar nantinya dapat diterapkan di daerah asal.
"Untuk jadi orang sukses memang butuh sikap yang luar biasa, banyak membaca banyak referensi buku tentang manajemen dan mempelajari, juga menjalin kerja sama untuk mengembangkan produk," kata bapak dua anak ini.
Sebagai mantan TKI, dirinya berharap agar produk-produk yang dikembangkan TKI senantiasa dipantau oleh pemerintah daerah (pemda) setempat, bahkan dibantul dalam mempromosikan ke pasar tingkat nasional dan internasional.
"Kepada calon TKI dan TKI, banggalah jadi TKI, karena luar negeri sana mengetahui bahwa Indonesia pekerjanya betul-betul berkualitas, hanya saja butuh bimbingan dan pembinaan," katanya.
(KR-HRI)
Berita Lainnya
Awas, hati-hati perdagangan orang berkedok mahasiswa magang ke Jerman
Jumat, 22 Maret 2024 10:50 Wib
Film "Women from Rote Island" kisahkan budaya patriarki
Sabtu, 17 Februari 2024 5:44 Wib
Siti Kurmaesa bukan korban pedagangan orang di Arab Saudi
Sabtu, 28 Januari 2023 7:13 Wib
Pelajar Indonesia di Taipei gelar Festival Budaya 2023
Senin, 9 Januari 2023 7:40 Wib
Media Taiwan puji peragaan busana batik
Selasa, 4 Oktober 2022 9:52 Wib
WNI hati-hati terima tawaran kerja di Hong Kong
Minggu, 21 Agustus 2022 15:54 Wib
Soal penempatan TKI, Indonesia-Malaysia rembukan terus
Minggu, 24 Juli 2022 11:01 Wib
Dinkes Gunung Kidul: Satu kasus terkonfirmasi COVID-19 merupakan TKI
Rabu, 19 Januari 2022 0:44 Wib