TNGM: warga lereng Merapi jaga ekosistem hutan

id tngm hutan merapi

TNGM: warga lereng Merapi jaga ekosistem hutan

Hutan di lereng Gunung Merapi (Foto jogja.antaranews.com)

Sleman (Antara Jogja) - Pengelola Taman Nasional Gunung Merapi mengharapkan masyarakat di lereng Gunung Merapi dapat hidup harmoni dengan menjaga ekosistem di kawasan itu.

"Ekosistem hutan lereng Gunung Merapi beragam, ada tanaman dan ada satwa. Tanaman ada yang berupa pohon besar dan satwa ada juga yang buas," kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Asep Nia Kurnia di Sleman, Jumat.

Menurut dia, di hutan Merapi ekosistem tersebut merupakan satu mata rantai yang tidak bisa diputuskan. Seperti pohon menghasilkan buah untuk makanan monyet dan monyet dibutuhkan untuk makanan macan tutul.

"Jika satu mata rantai itu putus maka akan ada gangguan. Misalnya tanaman tidak menghasilkan buah, maka monyet akan turun menyerang ladang warga atau populasinya berkurang," katanya.

Ia mengatakan, jika populasi monyet ekor panjang berkurang maka makanan macan tutul juga berkurang dan bisa turun menyerang ternak warga.

"Makanya jika ada satu yang terputus maka ini berpotensi satwa hutan konflik dengan manusia," katanya.

Asep mengatakan, diharapkan warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi untuk mendukung upaya pemulihan hutan yang salah satunya rusak akibat erupsi 2010.

"Masyarakat boleh masuk ke hutan TNGM dan mengambil rumput untuk pakan ternak. Namun harus tetap menjaga ekosistem yang ada. Seperti jangan memotong tanaman asli Merapi yang sedang tumbuh maupun yang ditanam untuk reboisasi," katanya.

Ia mengatakan, setelah erupsi Gunung Merapi 2010, pihaknya saat ini dalam upaya memulihkan ekosistem dengan ekologi asli Merapi.

"Sebelum erupsi 2010, hutan di Merapi terlalu banyak pohon dari luar negeri yang tumbuh. Salah satunya, pohon pinus yang malah terlalu mudah terbakar. Pinus itu dari Australia. Jadi, hutan Merapi sudah rusak sebelum erupsi lalu," katanya.

Ia mengatakan, pepohonan lokal yang ditanami untuk pemulihan, yaitu jenis puspa, duwet, salam, dan lainnya.

"Pemulihannya ada dua cara, yaitu dengan campur tangan manusia dan secara alami. Kami hanya akan memulihkan seribu hektare saja," katanya.

Ia mengatakan, dari pengembalian hutan Merapi sesuai ekologi aslinya ini ada beberapa keuntungan yang didapatkan.

"Seperti, jika pohon pinus gampang terbakar jika terkena api dan mudah mati, tapi pohon puspa akan lebih tahan terkena suhu tinggi. Selain itu juga, ketika terjadi erupsi, pohon ini akan mudah tumbuh lagi dari tunas-tunasnya," katanya.
(U.V001)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024