Gunung Kidul (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar tradisi budaya "cing-cing goling" dalam rangka mengajak masyarakat menjaga lingkungan untuk melestarikan air.
Tokoh pemangku adat Gunung Kidul Sugiyanto di Gunung Kidul, Senin, mengatakan upacara ritual ini bukan hanya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, tetapi juga untuk melestarikan kebudayaan yang selama ini dipercaya warga setempat. "Ini sebagai wujud rasa sukur kepada Tuhan atas hasil bumi dan air," kata dia.
Tradisi "cing-cing goling" dilakukan warga Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, dengan memotong ratusan ayam kampung untuk dijadikan "ingkung" sebagai kelengkapan upacara ini.
Setelah mendapat doa dari pemangku adat desa setempat, "ingkung" bersama nasi gurih serta lauknya dibagikan kepada para warga dan pengunjung yang mengikuti kegiatan tersebut, di dekat bendungan Kali Dawe di desa setempat.
Acara ritual tahunan ini tidak hanya mendapat perhatian ratusan pengunjung dari berbagai wilayah di DIY dan Jawa Tengah yang akan "ngalap" (ingin mendapatkan) berkah, tetapi juga dihadiri para pejabat pemerintah kabupaten.�
Tradisi yang dilaksanakan bersamaan upacara bersih desa ini menceriterakan tentang keberhasilan pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati yang berhasil membuat sungai dan bendungan, sehingga bisa mengairi lahan pertanian menjadi sawah sehingga warga setempat semakin sejahtera.
Konon, hanya dengan senjata dalam bentuk tongkat dan cambuk dan cemethi yang digoreskan pada tanah sambil berjalan, bekas goresan itu berubah menjadi sungai dengan air yang mengucur deras.
Pada acara ritual ini bukan hanya ratusan warga berkumpul dibawah pohon besar yang tumbuh subur dan rindang untuk kenduri massal, tetapi juga menyaksikan adegan yang menceriterakan pelarian prajurit Majapahit yang sudah bersatu dengan warga setempat, dalam mengusir penjahat diantaranya perampok.
Pada adegan ini puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga setempat, di lahan disekitar bendungan, untuk mengusir gerombolan penjahat.
Meskipun tanaman diinjak-injak, tetapi petani setempat tidak marah, tetapi justru mengharapkan. Sebab, warga setempat percaya, tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, tetapi justru bertambah subur.
Sekertaris Daerah Gunung Kidul Budi Martana yang mewakili Bupati Gunung Kidul Badingah mengatakan melalui tradisi ini diharapkan masyarakat menjaga tradisi yang sudah ada.
Selain itu, juga menjaga sumber mata air untuk kepentingan bersama dan anak cucu. "Jangan sampai sumber mata air rusak," kata Budi.
Ia mengatakan melalui tradisi "cing-cing goling" sebagai upacara tradisi, sekaligus menjaga sumber air sesuai dengan program Pemerintah Gunung Kidul. "Menjaga sumber air itu merupakan program Pemkab Gunung Kidul, dan melalui tradisi ini semangat menjaga air harus dijaga," katanya.
(KR-STR)
Berita Lainnya
Pengelola wisata siapkan destinasi gaet wisatawan
Rabu, 17 April 2024 15:36 Wib
Gunung Kidul, DIY, diguncang gempa
Kamis, 28 Maret 2024 19:48 Wib
Gunung Kidul gunakan Dimas Diajeng promosikan wisata
Rabu, 6 Maret 2024 9:08 Wib
PT PLN tanam 100.000 bibit di Gunung Kidul, DIY, untuk program biomassa
Rabu, 6 Maret 2024 6:05 Wib
BRIN: Atasi krisis pangan akibat iklim dengan mengotimalkan pangan lokal
Sabtu, 2 Maret 2024 9:26 Wib
Warga Gunung Kidul terdampak kekeringan, Pandawa Ganjar bawa bantuan air bersih
Minggu, 5 November 2023 14:27 Wib
DLH Gunungkidul menelusuri dugaan pencemaran limbah cair di Krakal
Minggu, 8 Oktober 2023 19:09 Wib
Mentan: Gunungkidul tidak perlu tetapkan KLB antraks
Kamis, 13 Juli 2023 21:04 Wib