Akademisi: pembelajaran di lembaga pendidikan cenderung mekanis

id akademisi: pembelajaran di lembaga

Akademisi: pembelajaran di lembaga pendidikan cenderung mekanis

Abdul Munir Mulkhan (Foto umm.ac.id)

Jogja (Antara Jogja) - Pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan cenderung mekanis, yang menempatkan peserta didik sebagai objek sasaran tanpa kehendak bebas, kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Abdul Munir Mulkhan.

"Praktik pendidikan mekanis hanya berorientasi angka kelulusan hasil evaluasi kognitif kuantitatif," katanya dalam pidato Dies Natalis Ke-64 Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, hal itu menjadikan ketidaksiapan peserta didik menghadapi problem kehidupan yang terus muncul seiring keterbukaan global dan perkembangan teknologi komunikasi.

"Kondisi itu memunculkan kepribadian terbelah, penyebab berbagai perilaku negatif seperti tawuran antarkampung, antarsiswa beda sekolah, dan antarmahasiswa," katanya.

Ia mengatakan lebih ironis dan tragis, praktik pendidikan keagamaan hegemonik dengan tafsir tunggal baku atas firman dan ajaran Tuhan membuat peserta didik mudah terpanggil melakukan tindak kekerasan atas nama Tuhan yang disebut jihad.

"Seolah atas nama Tuhan, seseorang sah melakukan apa saja, menghancurkan kemanusiaan. Praktik keagamaan cenderung kehilangan dimensi kemanusiaan, dekat Tuhan seolah bisa dan harus tidak manusiawi," katanya.

Oleh karena itu, pembelajaran harus terbuka untuk selalu dikaji ulang dan diperbarui sesuai dengan persoalan yang dihadapi setiap peserta didik sebagai pribadi unik dan persoalan yang dihadapi masyarakatnya.

"Hanya dengan memahami latar belakang sosial dan kepribadian setiap peserta didik, pembelajaran berfungsi optimal me-`mletik`-kan peserta didik sehingga tumbuh sebagai manusia kreatif dengan energi mengubah sejarah yang selalu baru," katanya.

Dekan FIP UNY Haryanto mengatakan tema Dies Natalis Ke-64 FIP UNY adalah "Pendidikan untuk Perubahan Masyarakat Bermartabat".

"Tema itu dilandasi suatu keprihatinan dan kegelisahan bahwa hampir sebagian besar kita terlalu sulit untuk diajak berubah, padahal dunia luar berubah begitu cepat," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024