Menlu Australia puji penanganan pecandu narkoba Yogyakarta

id Menlu Australia puji Penanganan pecandu narkoba Yogyakarta

Menlu Australia puji penanganan pecandu narkoba Yogyakarta

Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr (tengah) didampingi Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Ali Gufron (2 kanan), Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti (kiri) dan Kepala Puskesmas Gedong Tengen, Tri Kusumo Buwono (Foto ANTARA/Noveradika)

Masyarakat yang merasa berisiko tertular HIV/AIDS bisa memeriksakan diri ke puskesmas secara gratis," kata Kepala Puskesmas Gedongtengen Tri Kusumo Bawono
Yogyakarta (ANTARA Jogja) - Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr usai berkunjung ke Puskesmas Gedongtengen, Yogyakarta memuji langkah-langkah yang telah dilakukan instansi tersebut dalam menangani pecandu narkoba.

"Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pusat kesehatan masyarakat ini cukup bagus dan saya sangat terkesan," kata Carr usai mengunjungi bagian terapi methadon untuk pecandu narkoba suntik di Puskesmas Gedongtengen, Yogyakarta, Sabtu.

Penanganan pecandu narkoba tersebut juga membuat Carr teringat dengan berbagai kebijakan yang diambilnya saat menjadi pejabat di salah satu negara bagian Australia, New South Wales sebelum menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

"Saya sangat terkesan. Persahabatan antara Indonesia dan Australia perlu dilanjutkan dan diperluas untuk bidang lainnya, seperti program untuk perempuan," katanya.

Puskesmas Gedongtengen adalah satu dari tiga puskesmas di DIY yang memperoleh bantuan terapi methadon melalui program "Australia Indonesia Partnership for HIV" dalam kegiatan HIV Cooperation Program for Indonesia (HCPI). Di Indonesia, HCPI ini akan dilakukan selama delapan tahun, terhitung sejak 2007.

Selain Gedongtengen, puskesmas lain yang memperoleh bantuan HCPI adalah Umbulharjo I dan Puskesmas Banguntapan Bantul, selain RS Grasia dan RS Sardjito.

Di Gedongtengen, program pemberian methadon untuk pecandu narkoba suntik dilakukan sejak 2009. Jumlah pecandu yang mendaftar untuk mengikuti program terapi methadon tercatat sebanyak 59 orang.

"Namun, yang sampai kini aktif mengikuti terapi secara rutin setiap harinya hanya 14 orang. Satu orang sudah sembuh, dan satu orang meninggal dunia," kata Kepala Puskesmas Gedongtengen Tri Kusumo Bawono.

Terapi methadon tersebut, lanjut dia, akan memutus mata rantai penularan HIV karena pecandu tidak lagi melakukan kegiatan berisiko dengan menyuntikkan narkoba. Penularan HIV/AIDS di Kota Yogyakarta paling banyak terjadi dari jarum suntik.

"Mereka meminum methadon yang akan berfungsi sebagai substitusi dari narkoba suntik yang digunakan. Dengan meminum methadon, mereka tidak akan sakau sehingga tetap bisa beraktivitas dengan baik," katanya.

Di Puskesmas Gedongtengen, upaya untuk mengurangi penularan HIV/AIDS juga dilakukan dengan cara menyiapkan tim untuk turun langsung ke masyarakat apabila diminta, serta petugas penjangkau untuk menjangkau masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV.

"Masyarakat yang merasa berisiko tertular HIV/AIDS pun bisa memeriksakan diri ke puskesmas secara gratis," kata Tri.

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron Mukti yang mendampingi Carr mengatakan, bantuan methadon tersebut memiliki dampak yang cukup besar, tidak hanya untuk pecandu tetapi juga keluarganya dan masyarakat sekitar.

"Pecandu narkoba ini akan memperoleh hidup yang baru," katanya yang kemudian menyebut bahwa Indonesia juga akan berusaha untuk bisa memproduksi obat sendiri.

Saat ini, 95 persen bahan pembuat obat masih impor dan pemerintah berusaha agar bahan tersebut bisa dibuat di Indonesia.

(E013)