BPPTK: penelitian dasar diperlukan untuk pahami Merapi

id bpptk gunung merapi

BPPTK: penelitian dasar diperlukan untuk pahami Merapi

Kantor BPPTK Yogyakarta

     Jogja (ANTARA Jogja) - Penelitian dasar perlu dilakukan untuk memahami karakter ancaman pascaerupsi Gunung Merapi pada 2010, kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta Subandriyo.

"Penelitian dasar itu meliputi geologi, geofisika, dan geokimia. Penelitian dasar itu untuk memahami sistem internal Gunung Merapi pascaerupsi 2010," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia pada lokakarya Jurnalisme Kebencanaan untuk Wartawan, hal itu merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi.

"Permasalahan lainnya adalah pemantauan geokimia baik reguler maupun `real time` belum bisa dilakukan karena perubahan morfologi puncak Gunung Merapi," katanya.

Ia mengatakan, kondisi itu menyebabkan kesulitan akses ke lapangan solfatara yang saat ini berada di dasar kawah Gunung Merapi.

Selain itu, kata dia, belum ada database lengkap dan terpadu di setiap daerah, sebagai dasar kebijakan upaya pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.

Menurut dia, selama ini belum ada kesamaan persepsi dari para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi, khususnya dalam pengendalian kewasan rawan bencana.

"Oleh karena itu, diperlukan kesamaan persepsi para pemangku kepentingan dalam upaya mitigasi bencana Gunung Merapi sebagai antisipasi terhadap perubahan ancaman erupsi ke depan," katanya.

Ia mengatakan, erupsi Gunung Merapi pada 2010 telah mengubah pola dan orientasi ancaman. Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascaeruspi Gunung Merapi pada 2010 telah berjalan dengan baik.

"Namun, hal itu masih menimbulkan permasalahan sosial, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan perubahan rencana tata ruang di kawasan rawan bencana," kata Subandriyo.

Koordinator Radio Komunitas Lintas Merapi, Sukiman Mochtar Pramono mengatakan, ketika erupsi Gunung Merapi pada 2010, warga Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, memilih mengelola pengungsian mandiri bersama warga dan Pemerintah Desa Manjung.

"Selain lebih manusiawi, selama masa pengungsian itu kami juga bisa merawat ternak. Di pengungsian pemerintah, ternak tidak masuk daftar pengungsi untuk dilayani, sehingga pengungsian mandiri menjadi pilihan paling masuk akal bagi kami," kata Sukiman.
(L.B015)